Monday, August 30, 2010

Hey, gue harus lulus!

Okay, I'm going to do this very quick..
Hi, nama gue Seila Ofrina.
Umur 24 tahun.
Pekerjaan, menjadikan hidup lebih hidup.


Percaya gak kalo gue itu spesial banget? Selain memiliki golongan darah AB, yang hanya 5 % persen didunia ini, gue juga masih tercatat sebagai mahasiswi Universitas Udayana (berbahana), fakultas sastra, jurusan sastra inggris, di umur 24 tahun ini. Menyedihkan memang.
Berikut akan gue jabarkan perjalanan perkuliahan plus-plus gue yang tak kunjung usai.
Agustus 2004 - Januari 2008: Masih menjadi mahasiswi aktif, dan pada Januari 2008 telah sukses menyelesaikan penulisan proposal skripsinya.
Februari 2008 - Akhir 2008: Menjadi mahasiswi jadi-jadian.
Juni 2008: Menjadi LO untuk sebuah event internasional di Bali. Yah, bisa dibilang ada gawean lah.
April 2009 - Juni 2009: Kerja, kerja dan kerja.
November 2009 - Desember 2009: Penelitian sembari icip-icip ngajar.
Februari 2010 - Mei 2010: Kerja lagi, kerja lagi.
Juni 2010 - Til' now: Serius menulis skripsi.
*Note: Di bulan-bulan yang tidak gue sebutkan, biasanya gue main dan bermalas-malasan (Pengakuan).


Berat rasanya harus membuka aib sendiri, tapi yah, gue pikir untuk terjadi satu perubahan besar, gue harus mengakui bahwa banyak waktu yang udah gue lewatkan dengan kesia-siaan dan ketidak-fokusan.
Saat ini gue berada di titik .Gue Harus Menyelesaikan Skripsi Gue. Alasannya:
1. Udah ketuaan.
2. Bokap tahun depan pensiun.
3. Gue mau sekolah lagi, jadi harus nabung dari sekarang.
4. Biar kagak kena pemutihan SPP.
5. Tuntutan sosial (malu ama tetangga, anjing kampung, dan burung pipit di padang).
Sebenernya, tanpa bermaksud membela diri, skripsi gue udah rampung dari beberapa minggu yang lalu. Dengan kekuatan bulan, eh gak ding, dengan tuntunan my Creator, gue ngebut nulis skripsi dalam waktu 2 minggu. Kelar 4 bab. Namun semangat gue harus dipatahkan dengan usulan pembimbing gue untuk mengganti teorinya. Alamak! Gue bingungsss.. Merubah teori berarti merubah hampir keseluruhan tatanan inti isi dari skripsi tersebut, bukan? Bah! Bah! Bah!
Tapi yah mau dibilang apa, saat ini pembimbing ibarat ibu kost buat gue. Untuk tetap tinggal, gue harus membayar uang kost dan menyenangkan hatinya.
Hmm.. Sekarang sudah beberapa minggu sejak dia mengeluarkan amanat pergantian teori itu, dan gue belum menulis selembar pun di skripsi, bahkan merevisi beberapa bagiannya saja aku belum.
Hey, gue harus lulus! Gue minta doanya donk, donk, donk.. dan support pastinya.. (kalo bisa supportnya berbentuk makanan, minuman, atau juga benda-benda dari emas perak. Thanks).
Hey, gue harus lulus! Rencananya gue akan mulai mengetik aktif minggu ini Agustus 30 2010. So, we'll see akan gimana kedepannya.


Hey, gue harus lulus! - Denpasar, Bali, Indonesia.

Friday, August 27, 2010

A Letter For Kyra

Dear Kyra Melody,
Trust you are as wonderful as I am today. How is it going at your end? You haven't told me many things, Kyra, so long to hear your stories :) Thanks for so many lessons you've taught me, the air when I couldn't breath, the words when I couldn't speak, the tears when I hardly spill out of my own, the helping hands when I thought I don't deserve any, the chances when I have given up on me. I hope I say this line in a perfect time and place, I love you, sis :)


Kyra, on August 24th 2010 I met him. We had dinner in a pizza restaurant near our place. You were right, I felt nervous when he picked me up. My anxiety level rose while i was on his bike. And you know what, I couldn't get good sleep the nite before the date ha ha.. Kyra, we spent our first 30 minutes without having any conversation, just silly and quick question-answer time. I was forcing my brain to pick a topic, I dig, dig, and dig it deeper but found nothing. I remained silent.. Until, the pizza's coming.
Kyra, I don't remember much of his words since all I did was enjoying his voice. I really didn't want to miss a sec of the moment. Precious time.
I actually heard every line of what he said. He couldn't stop talking. He really dominated all the conversation we had. It's fine actually, since all I wanted to do is to hear his voice, near me. That's enough for me :) However, I was a bit frustrated by his words. He said so many things I didn't want to hear. The past, the reasons, the things between us, and so many things I really didn't prepare to hear. I was thinking to leave him abruptly but then I told myself to not to be a coward, I have to face it, like it or not!
Kyra, he kept talking, talking, talking, and talking, while I was keep silent and smile, silent and smile, and, silent and smile. He was a bit worry by my silence, he knew I was hiding lot of things. I couldn't see his eyes, I didn't want him to read my mind, am telling you, he's good at mind reading. All I did most of the nite are just avoiding eye contact, less speaking, pulling his leg just to disturb him. Call me lame, I was trying to defend myself from him.
Kyra, he succeeded to make me believe that I was wrong this whole time. I felt very silly, stupid, and small. He is way too far ahead from me. I've been very self-centered. Shame on me.
Kyra, the nite I texted you, I said I was scared and worried about my feelings. I meant, I'm worried if I couldn't control my feeling after the dinner. The worries came true. I couldn't control my feeling. Just like what you said, it's like polars attraction, also opposition. The thing got more uncontrolled when he said those awaited line, "Look into my eyes, til' now, the moment we're talking, I love you still." Shocked inside, tried to look cool outside. I almost cried at the moment. It seemed unfair to me. I wasn't prepared.
Kyra, I didn't say anything to respond since he didn't ask me any, I also want to keep the thing between us worked. I wanna stay in my own territory, remain still. Anyway, we didn't continue the conversation deeper. We talked another topic til the time to go home. I could sense the ice between us broke lil by lil, not all, but it kept continue progressively.
Kyra, I invited him to get in the house. It's like a dream came true to have him inside the house. It's a huge progress I suppose. We continued our chat til' midnite then I asked him to go home since he has office the next day. It's amazing how I could let him go when all I wanted him to stay longer. Now I understand what love is :)
Kyra, needless to tell you what I've been feeling inside my heart after. Needless to tell you how many tears I've been shedding. I asked God lot of questions last nite, but He hasn't answered me yet. I need to be more patient and focus to what I've decided before I spent the nite with him. Though I've been very confused, I say this in my prayer "Dear God, thank You, for letting me to have such a wonderful moment with him. Thank You for the precious time. Thank You for the feeling. And thank You for whatever You've planned me. I believe You are my Source of Needs, my Greatest Life-Planner, and my life is in Your hands."
To be honest, Kyra, not an easy task. I am learning to rearrange the scrambled puzzle. I am learning, Kyra, and won't stop trying :)


Kyra, hope I'm not bored you with my lame life stories. You've been very wonderful to me. Sorry for the sudden calls, messages, texts, asking you to get online or simply just asking for opinions. I feel bad bout it most of the time, but keeps continue to do it he he..
Kyra, you haven't telling me bout your life these days. I'm scared whether I'm no longer trustable or.. Anyway, I'm still waiting for you to let me in sometimes :) You know me better, Kyra.
Hence, let me tell you again how much I love you, I pray for you and our plan in the future. Blessed those who believe in His plan and let Him mould our lives. Soli Deo Gloria. Amen


Take care. God Bless you, Kyra.





Queen - sister in Christ :)

Saturday, August 14, 2010

Today's Equality

Ketika saya duduk di bangku SMA (kelas 3) saya pernah berteman (cukup) akrab dengan seorang anak pria, sebutlah si W (inisial samaran). Kami lumayan kompak di dalam kelas, baik dalam mendiskusikan pelajaran maupun dalam mengambil keputusan untuk kepentingan kelas. Maklum, kami berdua, walaupun tidak terbilang bodoh, cukup terkenal akan kemalasannya dan lumayan suka jadi 'kompor' atau bahasa halusnya agak mood-moodan dan agak vokal. Waktu berjalan, selepas kelulusan SMA kami tidak pernah berhubungan lagi. Saya kuliah di Bali sedangkan dia kuliah di Jakarta. Saya cukup mendengar sedikit kabar burung tentang dia dari beberapa teman sekelas semasa di kelas IPA dulu. Kabar burung maksudnya bukan kabar si burung ataupun gosip lho, namun hanya sedikit mengenai keadaan dia saja.
Tidak ada angin tidak ada hujan, beberapa waktu yang lalu si W mulai menghubungi saya (sekitar bulan Juli 2010). Sebagai seorang yang menganut paham tidak-ada-yang-kebetulan-di-dunia-ini, saya cukup terkejut dan bertanya "Kok bisa ya, Tuhan?" he he soalnya kami memang sudah bertahun-tahun loose contact. Anehnya, ketika pertama kali kami berbicara melalui telepon kembali, tidak ada perasaan canggung ataupun menjaga jarak. Dia masih tetap si W yang bocor namun dalam versi yang lebih dewasa. Senang rasanya bisa ngobrol sama dia. Singkatnya, kami semakin intense berhubungan semenjak saat itu, baik via telepon maupun sms. Kadang saya harus memaksa diri saya untuk membalas smsnya, padahal saya paling males smsan (kerugian ber-smsan menurut saya: jempol sakit, ngabisin waktu, memicu untuk mengirim ataupun menerima sms, jadinya sambung-menyambung kayak kereta api tutt.. tutt.. tutt..). Beberapa hari setelah kami saling bertukar cerita, si W pelan-pelan mau membuka dirinya pada saya (lebih mendalam). Dia mengawali percakapan hari itu dengan sms menyapa dan bertanya kabar. Kemudian setelah beberapa lama saling berkirim pesan dia mulai bercerita tentang penyimpangan yang dia alami. Dia mengaku bahwa dia seorang Gay. Saya tidak kaget sih karena jujur saja, saya sudah merasakan bibit-bibit gay nya semenjak di SMA. Dia lebih menikmati bergaul dengan wanita dan matanya sedikit aneh ketika melihat pria. Saya juga sudah ada feeling kalau dia bakalan ngaku kalau dia seorang gay, cuma saya pura-pura tidak tahu saja dan lebih memilih menunggu dia untuk menceritakannya sendiri sebelum saya menarik kesimpulan apapun. Cukup sedih karena akhirnya dia memilih (menyerah) untuk menjadi seorang gay. Malam harinya saya berdoa bagi dia dan keesokkan harinya saya bertanya lebih mendalam soal perjalanan ke-gay-an-nya. Setelah mendengar dia bercerita, saya menyarankan dia untuk menemui psikiater karena menurut saya, selain ada roh jahat yang hinggap di tubuhnya, itu juga bisa disebabkan oleh kejiwaannya yang bermasalah (saya menolak pendapat yang mengatakan bahwa ada orang yang dilahirkan sebagai gay ataupun lesbian, nonsense). W berkata sudah mencoba segala cara untuk menyembuhkan dirinya, dari mulai pergi ke dokter, psikolog, dukun, kyai, bahkan pengobatan akupunktur. Namun hasilnya nihil. Dia tetap menyukai sesama jenisnya. Saya pun tidak bisa berkata lebih jauh selain berdoa. Saya percaya akan kekuatan doa :) Hal ini diperparah dengan berita beberapa hari kemudian bahwa si W dilamar oleh pacarnya, pastinya seorang pria. Pun saya speechless.

Pada tanggal 5 Agustus yang lalu, Pengadilan Tinggi Negara bagian California menolak Preposition 8 yang berisi  penolakan terhadap pernikahan sejenis yang dilakukan oleh kaum gay maupun lesbian. Saya kurang mengikuti perkembangan berita sebelumnya (ihwalnya) namun yang saya dengar perdebatan soal ini sudah terjadi bertahun-tahun dan cukup alot. Orang-orang dibelakang terbentuknya Preposition 8 ini datang dari berbagai kalangan, termasuk Pendeta dan (kalau tidak salah) Jaksa. Mereka, dengan segudang argumennya, menolak persamaan hak pernikahan kaum gay lesbian dengan kaum berbeda jenis kelamin. Kaum 'oposisi' juga tidak mau kalah. Dengan bertamengkan persamaan hak, mereka memperjuangkan pelegalan pernikahan sejenis. Dahulu, Pro-Preposition 8 memiliki banyak suara, namun sekarang, dengan semakin derasnya teriakan untuk persamaan hak di berbagai negara, khususnya di US, suara untuk Pro-Preposition 8 menurun drastis. Pada tanggal 5 Agustus 2010, Prepostion 8 ditolak oleh Pengadilan Tinggi Negara bagian California. Kaum gay dan lesbian bebas menikah. Kapanpun.

Saya perlu menelan ludah setelah saya membaca headline soal ini. Saya juga membaca komentar beberapa aktor, aktris, penyanyi dan bintang-bintang papan atas lainnya yang mensyukuri kekalahan Prepostion 8. Para orang-orang berpengaruh. Sungguh miris.
Saya sadar, dunia mulai kehilangan jati dirinya, hmm.. tunggu.. ataukah justru dunia semakin menemukan jati dirinya? Mungkinkah dunia punya jati diri?
Teringat tentang perjalan saya beberapa ratus tahun yang lalu (Edward Cullen kaliii..), saya pernah berlabuh di dermaga kaum feminist. Saya menyukai pemikiran para feminist yang meneriakkan tentang persamaan hak dengan kaum pria. Bagaimana kaum feminist ingin disamakan derajatnya dengan para pria. Namun, setelah saya mengenal Tuhan Yesus, pemikiran itu diubahkan. Frankly speaking, we'll never be the same like men. Saya bersyukur untuk perjuangan Ibu (kita) Kartini dalam usahanya Membawa-Keluar-Kaum-Wanita-Dari-Jerat-Dapur-dan-Kamar-Tidur. Dia sangat-sangat berjasa. Tapi saya pikir bukan pemikiran kaum feminist seperti itu yang diinginkan Ibu Kartini. Bukan kebebasan tanpa batas. Bukan persamaan hak seperti itu, namun yang ingin disampaikan Ibu Kartini adalah perubahan cara pandang kaum pria terhadap wanita.
Kembali kepada persamaan hak. Saya menilai persamaan derajat dan hak yang didengungkan kaum feminist tidak logis. Bagaimana mungkin seorang pria bisa disamakan dengan wanita?

M + N = MN

bukan

M + N = M ataupun M + N = N

Kita berbeda. Pria dan wanita berbeda. Pria dengan pria yang lainnya berbeda, begitu juga dengan wanita. We're one of a kind to each other. Kita tidak mungkin sama (equal) dari dulu, sekarang, sampai selamanya.
Jika dikaitkan dengan pernikahan sejenis yang ingin diakui haknya dengan pernikahan lawan jenis, menurut saya itu GILA dan ABNORMAL. Entah kenapa orang bisa berpikir untuk menganggap hal itu biasa saja, padahal di abad pertengahan, orang yang menyukai sesama jenis dianggap sebagai orang nista, kerasukan setan, dan atau memiliki penyakit mental. Kemudian orang yang memiliki kecenderungan ini nantinya akan di hukum dengan cara di bakar, diasingkan, ataupun di hukum gantung. Ngeri kali.
Semakin lama, manusia semakin berbudaya. Mereka mulai bisa menerima perbedaan. Tapi, lama kelamaan manusia terlalu liberal. Liberalisme yang tak terkendali. Tidak memiliki dasar dan pegangan. Sampai-sampai, mereka melegalkan hubungan atau pernikahan sesama jenis.
With all due respect, saya tidak membenci sedikitpun kaum gay dan lesbian. Saya marah bila ada yang menghina salah satu dari mereka. Saya marah bila ada yang berlaku kasar pada mereka. Saya menghargai mereka sama seperti saya menghargai diri saya. Namun, kita, manusia, diciptakan berpasang-pasangan, ditentukan berpasang-pasangan, dan bukannya sejenis-jenisan. Persamaan derajat wanita dengan pria masih terdengar ganjil, dan maaf saya tidak bisa menyetujuinya karena sampai kapanpun kita tidak pernah sama. Peran kita berbeda, namun sama mulianya di hadapan Allah.

Sahabatku, aku tahu kalian diluar sana.. Menangislah bersamaku, berdoalah bersamaku.. Bagi bangsa dan dunia ini. Bagi mereka yang putus asa. Bagi mereka yang sesat. Bagi mereka yang tertolak. Bagi mereka yang merasakan kekosongan. Mereka butuh Yesus, Sang Juru Selamat.. Start with a pray, you'll be able to change the world :)

Friday, August 13, 2010

Snow in Denpasar, Bali

Siang ini saya di kagetkan oleh prakiraan cuaca yang di buat oleh Yahoo (weather.com).. Hari ini dipastikan CERAH, namun yang membuat ngeri sekaligus senang (jadinya meringis) adalah hari Senin (08/16/2010) dan Selasa (08/17/2010) Denpasar, Bali akan CUKUP BERSALJU.
Brrr... Bakalan kayak gimana yah? Berikut bukti otentiknya (cekidottttt):



Seeeeeeeeeeeeeee...? :) Can't wait! 
P.S: Coba temukan kalimat 'Air Tenang Menghanyutkan' and what is the maksud? -_-


BUAT YANG LAGI DI LUAR BALI, SATU KALIMAT: KESIAN DEH LOOOOO....