Friday, December 24, 2010

Glória in excélsis Deo - Luke 2:14


Glória in excélsis Deo
et in terra pax homínibus bonae voluntátis.
Laudámus te,
benedícimus te,
adorámus te,
glorificámus te,
grátias ágimus tibi propter magnam glóriam tuam,
Dómine Deus, Rex cæléstis,
Deus Pater omnípotens.
Dómine Fili Unigénite, Iesu Christe,
Dómine Deus, Agnus Dei, Fílius Patris,
qui tollis peccáta mundi, miserére nobis;
qui tollis peccáta mundi, súscipe deprecatiónem nostram.
Qui sedes ad déxteram Patris, miserére nobis.
Quóniam tu solus Sanctus, tu solus Dóminus, tu solus Altíssimus,
Iesu Christe, cum Sancto Spíritu: in glória Dei Patris. Amen
Translation:
Glory to God in the highest,
and on earth peace to people of good will.
We praise you,
we bless you,
we adore you,
we glorify you,
we give you thanks for your great glory,
Lord God, heavenly King,
O God, almighty Father.
Lord Jesus Christ, Only-begotten Son,
Lord God, Lamb of God, Son of the Father,
you take away the sins of the world, have mercy on us;
you take away the sins of the world, receive our prayer.
you are seated at the right hand of the Father, have mercy on us.
For you alone are the Holy One, you alone are the Lord, you alone are the Most High,
Jesus Christ, with the Holy Spirit, in the glory of God the Father. Amen.
Source: http://en.wikipedia.org

Saturday, October 16, 2010

Hey, gue sudah lulus!

Since I have started it with a post, I will end it with a post as well..

Okay, saudara-saudara sebangsa setanah air, beda Bapak beda Ibu..
Sore tadi (October 15, 2010) saya telah menyelesaikan sidang skripsi (S1) saya dengan baik. Walau ada beberapa hal soal dosen penguji yang diluar dugaan dan tidak sesuai dengan keinginan saya, tapi yahh.. I've made it!
Sidang berjalan dengan lancar. Saya dapat mempresentasikan thesis saya dengan cukup baik. Pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan juga terasa seperti cemilan Slai-Olai. Ringan, sangat manis, dan membekas di hati.
Tidak dapat digambarkan bagaimana beberapa hari sebelum ujian saya merasa kebingungan, stress, labil, galau tak menentu seperti anak remaja yang baru jatuh cinta. Waktu terasa sangat lambat sekali. Those days were the longest days I had in my entire life, if I may say.
Bagaimana rasanya setelah ujian?
Biasa aja. Sangat-sangat biasa.
Saya pikir saya akan bertransformasi menjadi kumbang (kiddin'), atau bertransformasi menjadi Seila yang lebih baik, Seila Wonderwoman gitu yeee.. tapi enggak tuh! Everything looks the same.
Saya sempat merencanakan dan membayangkan untuk melakukan beberapa hal setelah ujian, seperti:
1. Menangis terharu kemudian menelpon orangtua sambil tersedu-sedu
2. Mentraktir teman-teman makan enak setelah sidang
3. Jalan-jalan malam harinya
4. Belanja dan ke salon
5. Mengunjungi beberapa orang untuk silahturahmi
Tapi, tidak ada satupun yang terlaksana. Inilah yang malahan yang saya lakukan:
1. Menelpon orangtua setelah sampai rumah, tiduran di kasur, dan ngobrolin soal anak kucing yang sedang makan sup
2. Makan indomie dan minum pulpy orange di kantin dengan teman-teman, bayar sendiri-sendiri (karena mereka lebih memilih di traktir di tempat yg lebih mahal -___-)
3. I'm too tired so no walking-walking!
4. Mengurungkan niat untuk belanja dan ke salon karena keuangan menipis and not in a need to do it urgently
5. Too much people needs to be visited, bingung, jadinya nggak jadi deh
Aneh memang.
here's couple of pic taken 3 days before the exam-day:




Hmm.. saya sedikit bingung kenapa banyak sekali teman-teman yang tau dan heboh soal ujian saya ini. Banyak yang menelpon, sms, message via fb, dll. Padahal saya tidak heboh bilang ke orang-orang kalau mau ujian. Ya, kalau ada yang bertanya saya jawab, dan secara khusus memberitahu beberapa orang yang memang mengikuti perkembangan pergumulan skripsi saya. Jujur, saya bahagia sekali dengan segala perhatian yang saya dapat hari ini, dan oleh-oleh kosmetik dari sahabat. Berasa ultah! he he..
Secara khusus saya mengucapkan terima kasih untuk Keluargaku di Tangerang, Rika Widyatama, Sherly P. Utami, Novie Gehlen dan beberapa sahabat yang secara khusus menyediakan waktu untuk mensupport, berdoa, dan memberikan perhatian kepada saya. I value every little thing you did to me :)
Hence, my greatest gratitude goes out to my Writer of Life, You know You are AMAZING! You are My rock, My shelter, I shall not be afraid. I love You!




Hey, gue sudah lulus!
Denpasar, Bali, Indonesia
October 16, 2010

Sunday, October 10, 2010

Friday, September 3, 2010

He Knows My Name

Hi, I've been reading a book titled He Knows My Name by Tommy Walker, and recommending you to read it. Truly blessed and inspired by word per word written there. So deep. However, I haven't finished to read the whole book yet, still in chapter 11. I will write the review after (IF God permits he he..).
I'd like to share a song, He Knows My Name, which was made before the book. I guess you should hit the last line (He Knows My Name - Tommy Walker) to get in the video. So as the book, the song also spoke to my heart in a beautiful way, even words can't explain. Hope the blessings reach you as well, Enjoy! :)
I have a Maker
He formed my heart
Before even time began
My life was in His hands

He knows my name
He knows my every thought
He sees each tear that falls
and He hears me when I call

I have a Father
He calls me His own
He'll never leave me
No matter where I go

He knows my name
He knows my every thought
He sees each tear that falls
and He hears me when I call
Click here for the insight of the video, take a peep --> He Knows My Name - Tommy Walker




(Beginning) Diskusi Meja Makan: Pelaku Firman

Beragam hal yang Tuhan singkapkan beberapa waktu belakangan ini. Sepertinya Ia memperlihatkan padaku, yang kecil dan lemah ini, hal-hal yang sudah pernah kulihat, kurasa, dan kudengar, namun kali ini, dalam level yang berbeda. Karena aku seorang manusia dan seorang pelupa, biarkan aku menangkap dan mengabadikan (satu-persatu) momen yang dapat kuingat dalam bentuk tulisan. Kira-kira beginilah (salah satu) kejadiannya..


Pada bulan Agustus 2010 yang lalu, Bali kedatangan satu keluarga penginjil, Kel. Situmorang, yang terdiri dari sepasang suami istri dan seorang anak laki-laki berumur 5 tahun. Terakhir kali saya bertemu dengan keluarga tersebut sekitar pertengahan 2008 kemarin. By the grace of God, saya menerima sms dari si Bapak penginjil, Bang Hery, untuk mengunjungi mereka yang baru 2 hari di Bali. Pun saya bercampur senang dan kaget menerima kabar tersebut. Dalam euphoria 5 menit, saya mencoba menangkap maksud Tuhan lewat kedatangan keluarga penginjil ini di Bali. Kira-kira seperti ini lah bisikan Roh Kudus pada hati saya "Seila, keluarga ini akan menjadi penolong bagimu. Sesuatu yang luar biasa akan terjadi! Cintailah didikanKu dan jadilah berkat".
Waktu berjalan, kami bertemu, melepas rindu, berbagi cerita, tawa, dan kenangan akan masa lalu, masa ini, dan impian di masa depan...
Banyak hal yang sudah terjadi semenjak kami bertemu kembali tanggal 17 Agustus 2010. Tuhan menginjinkan saya menjadi berkat bagi keluarga ini. Dimulai dari mencari sekolah untuk putra mereka, Moses, berlanjut ke perburuan alat-alat rumah tangga bersama si Ibu, Kak Yanti, sampai pada akhirnya interaksi-interaksi kami berubah menjadi sekolah hidup buatku, seperti buku pelajaran yang terbuka untuk bisa ku baca dan ku pelajari.
Biasanya, setelah selesai mengantarkan mereka dengan motorku (Mio, B6568CHZ), kami, aku dan kak Yanti, selalu mengobrol tentang banyak hal di ruang tamu mungil mereka. Awalnya, kami duduk di lantai, tanpa tempat ataupun alas duduk, dikarenakan mereka penghuni baru, kemudian 'ritual' itu berganti dengan sharing di meja makan (pemberian tetangga yang mereka taruh di ruang tamu mungil mereka). Nah, dari situ lah semuanya (benar-benar) di mulai..


Denpasar, Bali, Indonesia (September 3, 2010)
Hari ini Kak Yanti mensharingkan padaku banyak hal mengenai awal kepindahan mereka di Bali. Bagaimana mereka harus menata hidup mereka dari awal kembali, mengingat kedatangan mereka ke Bali hanya dengan membawa pakaian, buku, dan Iman yang Tuhan anugerahkan kepada keluarga tersebut. Kak Yanti bercerita bagaimana ia merasakan pertolongan Tuhan di pagi pertama keluarga ini berada di Bali. Tetangga mereka, satu-persatu, secara khusus menjadi perpanjangan tangan Tuhan dalam hidup mereka dengan meminjamkan penanak nasi, galon air, meja, rantang, gelas, sendok, dan beberapa peralatan kecil lainnya. Kata bang Hery, tetangga mereka adalah pelaku Firman yang sebenarnya. Bila mau dibandingkan dengan kehidupan mereka sebelum pindah ke Bali, mereka hidup berkecukupan, namun memilih meninggalkan hal-hal tersebut dan memberikannya pada orang sekitar yang lebih membutuhkan. Eitss, jangan berpikir tentang 'pikul salib' dulu. Saya hanya membawa anda ke dalam ruang perbandingan sehingga anda bisa lebih jelas melihat anugerah Tuhan dalam hidup keluarga ini. Keluarga yang memilih untuk tunduk pada didikan Tuhan, walaupun berat dan penuh dengan lembah air mata, namun mereka percaya pada pimpinan Tuhan untuk dibentuk lebih indah lagi. Bagi saya merekalah pelaku Firman. Keadaan mereka semakin dicobai dengan Moses yang harus masuk sekolah awal September ini, biaya sekolah yang tidak murah dan pengeluaran-pengeluaran lainnya. Intinya, mereka harus hidup dengan mengandalkan pertolongan Tuhan. Mencukupkan diri dengan keadaan finansial yang ada dan beradaptasi dengan dunia baru.Tidaklah mudah, khususnya untuk pribadi yang sudah berkeluarga. Saya cukup mengerti perasaan Kak Yanti yang agak 'sesak' dengan keadaan ini, karena wanita umumnya lebih sensitif dan sulit untuk beradaptasi dengan hal baru. Namun, satu hal saya tangkap dari sharing Kak Yanti bahwa Tuhan menyediakan semua yang mereka perlukan, walau tidak sesuai dengan apa yang mereka bayangkan dan inginkan.
Pembicaraan kami berlanjut ke seputar perjalanan orang-orang yang Kak Yanti kenal, perubahan hidup yang dialami mulai dari seorang supir gereja sampai pembicara-pembicara besar yang ia kenal. Itu cukup membuat saya harus menutupi muka karena malu pada diri sendiri. Saya merasa kecil sekali di hadapan Tuhan, menyadari hal yang saya lakukan selama ini belum ada apa-apanya. Sangat, sangat jauh dari kata 'berjuang' untuk Tuhan. Tenang, ini bukan intimidasi dari si iblis, namun Tuhan memang sengaja mencambuk saya lewat hal-hal 'kecil' seperti ini. Biar saya sadar. Dia emang paling tahu cara membuat saya 'bergerak'.
Pembicaraan berlanjut hingga sore hari, kami sedikit kebablasan untuk bagian sharing-sharingan, bang Hery pun datang. Melihat keluarga ini berinteraksi dengan tetangganya membuat saya 'belajar' diam-diam, bagaimana mereka menghargai kata demi kata yang si tetangga ucapkan, ekspresi yang mereka berikan kepada lawan bicara, cara menghadapi anak laki-laki mereka yang unik sambil mendidik, sungguh full of lessons. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa keluarga ini tanpa cacat cela, ataupun saya yang terlalu melebih-lebihkan karena ada unsur kekaguman, namun, keluarga ini memang melimpah akan berkat dari Tuhan, sehingga mereka tidak perlu menunjukkannya, berkat itu sudah terpancar. Ibarat air yang di tuang terus menerus ke dalam sebuah gelas, dan air itu tidak pernah berhenti mengalir, sehingga air itu pun bertumpahan karena si gelas tidak cukup besar untuk menyimpan air itu sendiri.
Ketika hari semakin sore, dan pembicaraan kami semakin seru, salah seorang tetangga terlihat bergegas keluar rumah. Dengan pakaian rapi dan muka yang lelah, dia mengatakan hendak ke gereja untuk mengawasi jalannya suatu acara. Ada sedikit keragu-raguan pada muka si tetangga, dia terlihat celingukan, dan kebingungan. Dia mengetuk rumah salah satu tetangga yang lain, memanggil beberapa kali dengan suara lirih kemudian mengurungkan niatnya untuk membuat si empunya rumah keluar. Dalam beberapa menit saya bisa membaca bahwa si tetangga tidak mempunyai alat transportasi yang dapat mengantarkannya ke gereja. Kemudian kak Yanti menawarkan bang Hery untuk mengantarkan ke gereja, yang jaraknya hanya beberapa menit dari rumah mereka. Namun karena bang Hery belum fasih naik motor, jadi niat itu batal dijalankan. Selama mereka berdiskusi dan membicarakan solusinya, ada yang berkecamuk dalam batin saya.
"Kamu kan punya motor, Seila, kenapa bukan kamu saja yang mengantarkan dia?" tanya hati,
saya menjawab "Ah, aku kan tidak kenal. Lagipula kami sedang dalam diskusi yang seru sekali nih!",
Hening sejenak, kemudian si hati melanjutkan, "Kamu kan harusnya jadi pelaku Firman, Seila. Bagaimana mau jadi berkat, mengantar dia ke gereja saja kamu ogah. Berharap untuk dipakai Tuhan lebih lagi? Jangan mimpi!".
Saya tersentak. Si tetangga saat itu sedang berusaha menutup pintu gerbang dan hendak pergi, saat saya berkata "Mbak, apa mau diantar saya saja?". Kak Yanti pun tanpa dikomando merespon "Iya, sekalian sama Seila aja". Jadilah dalam secepat kilat saya mempersiapkan diri untuk pamit sekalian mengantar si tetangga ke gereja. Fiuhh, saya hampir saja kalah...
Ujian yang baru saja saya alami (pergolakan hati soal mengantar si tetangga ke gereja) cukup menohok hati saya. Dalam perjalanan pulang, saya tidak berhenti memikirkan pelajaran-pelajaran yang didapat hari ini. Pelaku Firman. Pelaku Firman bukanlah mereka yang sudah membaca kitab Kejadian sampai Wahyu, bukanlah mereka yang senang mendengar firman Tuhan, bukanlah mereka yang pintar secara teori akan kebenaran firman Tuhan, namun pelaku Firman adalah mereka yang mampu menangkap pesan Allah, taat akan didikan, dan mempraktekkan dengan hati seorang hamba.
Saya semakin diteguhkan dengan quote dari C.S Lewis (pencipta buku Narnia) yang saya dapat sore ini juga lewat Twitter:
Integrity is doing the right thing, even when no one is watching
Kalimat ini mengatakan kepada saya, jadilah pelaku Firman ditempat dimana saya tidak mempunyai 'label', ditempat dimana tidak ada yang memperhatikan, dikondisi terlemah dan terkelam saya, dikondisi dimana yang akan saya dapatkan hanya cemoohon, atau di pandang sebelah mata. Jadi bila digabung akan seperti ini:
Pelaku Firman adalah dia yang mampu menangkap pesan Allah, taat akan didikan, dan mempraktekkan dengan hati seorang hamba, ditempat dimana dia tidak mempunyai 'label', ditempat dimana tidak ada yang memperhatikan, dikondisi terlemah dan terkelamnya, dikondisi dimana yang akan ia dapatkan hanya cemoohon, atau di pandang sebelah mata. Jangan takut karena saya (kita) adalah pelaku Firman.

Saya pun makin merasa kecil dan malu, namun disaat yang sama merasa tertantang untuk berbuat lebih lagi. Belajar lebih lagi. Dididik lebih lagi.
Terima kasih Tuhan. Today's awesome! Soli Deo Gloria!

Monday, August 30, 2010

Hey, gue harus lulus!

Okay, I'm going to do this very quick..
Hi, nama gue Seila Ofrina.
Umur 24 tahun.
Pekerjaan, menjadikan hidup lebih hidup.


Percaya gak kalo gue itu spesial banget? Selain memiliki golongan darah AB, yang hanya 5 % persen didunia ini, gue juga masih tercatat sebagai mahasiswi Universitas Udayana (berbahana), fakultas sastra, jurusan sastra inggris, di umur 24 tahun ini. Menyedihkan memang.
Berikut akan gue jabarkan perjalanan perkuliahan plus-plus gue yang tak kunjung usai.
Agustus 2004 - Januari 2008: Masih menjadi mahasiswi aktif, dan pada Januari 2008 telah sukses menyelesaikan penulisan proposal skripsinya.
Februari 2008 - Akhir 2008: Menjadi mahasiswi jadi-jadian.
Juni 2008: Menjadi LO untuk sebuah event internasional di Bali. Yah, bisa dibilang ada gawean lah.
April 2009 - Juni 2009: Kerja, kerja dan kerja.
November 2009 - Desember 2009: Penelitian sembari icip-icip ngajar.
Februari 2010 - Mei 2010: Kerja lagi, kerja lagi.
Juni 2010 - Til' now: Serius menulis skripsi.
*Note: Di bulan-bulan yang tidak gue sebutkan, biasanya gue main dan bermalas-malasan (Pengakuan).


Berat rasanya harus membuka aib sendiri, tapi yah, gue pikir untuk terjadi satu perubahan besar, gue harus mengakui bahwa banyak waktu yang udah gue lewatkan dengan kesia-siaan dan ketidak-fokusan.
Saat ini gue berada di titik .Gue Harus Menyelesaikan Skripsi Gue. Alasannya:
1. Udah ketuaan.
2. Bokap tahun depan pensiun.
3. Gue mau sekolah lagi, jadi harus nabung dari sekarang.
4. Biar kagak kena pemutihan SPP.
5. Tuntutan sosial (malu ama tetangga, anjing kampung, dan burung pipit di padang).
Sebenernya, tanpa bermaksud membela diri, skripsi gue udah rampung dari beberapa minggu yang lalu. Dengan kekuatan bulan, eh gak ding, dengan tuntunan my Creator, gue ngebut nulis skripsi dalam waktu 2 minggu. Kelar 4 bab. Namun semangat gue harus dipatahkan dengan usulan pembimbing gue untuk mengganti teorinya. Alamak! Gue bingungsss.. Merubah teori berarti merubah hampir keseluruhan tatanan inti isi dari skripsi tersebut, bukan? Bah! Bah! Bah!
Tapi yah mau dibilang apa, saat ini pembimbing ibarat ibu kost buat gue. Untuk tetap tinggal, gue harus membayar uang kost dan menyenangkan hatinya.
Hmm.. Sekarang sudah beberapa minggu sejak dia mengeluarkan amanat pergantian teori itu, dan gue belum menulis selembar pun di skripsi, bahkan merevisi beberapa bagiannya saja aku belum.
Hey, gue harus lulus! Gue minta doanya donk, donk, donk.. dan support pastinya.. (kalo bisa supportnya berbentuk makanan, minuman, atau juga benda-benda dari emas perak. Thanks).
Hey, gue harus lulus! Rencananya gue akan mulai mengetik aktif minggu ini Agustus 30 2010. So, we'll see akan gimana kedepannya.


Hey, gue harus lulus! - Denpasar, Bali, Indonesia.

Friday, August 27, 2010

A Letter For Kyra

Dear Kyra Melody,
Trust you are as wonderful as I am today. How is it going at your end? You haven't told me many things, Kyra, so long to hear your stories :) Thanks for so many lessons you've taught me, the air when I couldn't breath, the words when I couldn't speak, the tears when I hardly spill out of my own, the helping hands when I thought I don't deserve any, the chances when I have given up on me. I hope I say this line in a perfect time and place, I love you, sis :)


Kyra, on August 24th 2010 I met him. We had dinner in a pizza restaurant near our place. You were right, I felt nervous when he picked me up. My anxiety level rose while i was on his bike. And you know what, I couldn't get good sleep the nite before the date ha ha.. Kyra, we spent our first 30 minutes without having any conversation, just silly and quick question-answer time. I was forcing my brain to pick a topic, I dig, dig, and dig it deeper but found nothing. I remained silent.. Until, the pizza's coming.
Kyra, I don't remember much of his words since all I did was enjoying his voice. I really didn't want to miss a sec of the moment. Precious time.
I actually heard every line of what he said. He couldn't stop talking. He really dominated all the conversation we had. It's fine actually, since all I wanted to do is to hear his voice, near me. That's enough for me :) However, I was a bit frustrated by his words. He said so many things I didn't want to hear. The past, the reasons, the things between us, and so many things I really didn't prepare to hear. I was thinking to leave him abruptly but then I told myself to not to be a coward, I have to face it, like it or not!
Kyra, he kept talking, talking, talking, and talking, while I was keep silent and smile, silent and smile, and, silent and smile. He was a bit worry by my silence, he knew I was hiding lot of things. I couldn't see his eyes, I didn't want him to read my mind, am telling you, he's good at mind reading. All I did most of the nite are just avoiding eye contact, less speaking, pulling his leg just to disturb him. Call me lame, I was trying to defend myself from him.
Kyra, he succeeded to make me believe that I was wrong this whole time. I felt very silly, stupid, and small. He is way too far ahead from me. I've been very self-centered. Shame on me.
Kyra, the nite I texted you, I said I was scared and worried about my feelings. I meant, I'm worried if I couldn't control my feeling after the dinner. The worries came true. I couldn't control my feeling. Just like what you said, it's like polars attraction, also opposition. The thing got more uncontrolled when he said those awaited line, "Look into my eyes, til' now, the moment we're talking, I love you still." Shocked inside, tried to look cool outside. I almost cried at the moment. It seemed unfair to me. I wasn't prepared.
Kyra, I didn't say anything to respond since he didn't ask me any, I also want to keep the thing between us worked. I wanna stay in my own territory, remain still. Anyway, we didn't continue the conversation deeper. We talked another topic til the time to go home. I could sense the ice between us broke lil by lil, not all, but it kept continue progressively.
Kyra, I invited him to get in the house. It's like a dream came true to have him inside the house. It's a huge progress I suppose. We continued our chat til' midnite then I asked him to go home since he has office the next day. It's amazing how I could let him go when all I wanted him to stay longer. Now I understand what love is :)
Kyra, needless to tell you what I've been feeling inside my heart after. Needless to tell you how many tears I've been shedding. I asked God lot of questions last nite, but He hasn't answered me yet. I need to be more patient and focus to what I've decided before I spent the nite with him. Though I've been very confused, I say this in my prayer "Dear God, thank You, for letting me to have such a wonderful moment with him. Thank You for the precious time. Thank You for the feeling. And thank You for whatever You've planned me. I believe You are my Source of Needs, my Greatest Life-Planner, and my life is in Your hands."
To be honest, Kyra, not an easy task. I am learning to rearrange the scrambled puzzle. I am learning, Kyra, and won't stop trying :)


Kyra, hope I'm not bored you with my lame life stories. You've been very wonderful to me. Sorry for the sudden calls, messages, texts, asking you to get online or simply just asking for opinions. I feel bad bout it most of the time, but keeps continue to do it he he..
Kyra, you haven't telling me bout your life these days. I'm scared whether I'm no longer trustable or.. Anyway, I'm still waiting for you to let me in sometimes :) You know me better, Kyra.
Hence, let me tell you again how much I love you, I pray for you and our plan in the future. Blessed those who believe in His plan and let Him mould our lives. Soli Deo Gloria. Amen


Take care. God Bless you, Kyra.





Queen - sister in Christ :)

Saturday, August 14, 2010

Today's Equality

Ketika saya duduk di bangku SMA (kelas 3) saya pernah berteman (cukup) akrab dengan seorang anak pria, sebutlah si W (inisial samaran). Kami lumayan kompak di dalam kelas, baik dalam mendiskusikan pelajaran maupun dalam mengambil keputusan untuk kepentingan kelas. Maklum, kami berdua, walaupun tidak terbilang bodoh, cukup terkenal akan kemalasannya dan lumayan suka jadi 'kompor' atau bahasa halusnya agak mood-moodan dan agak vokal. Waktu berjalan, selepas kelulusan SMA kami tidak pernah berhubungan lagi. Saya kuliah di Bali sedangkan dia kuliah di Jakarta. Saya cukup mendengar sedikit kabar burung tentang dia dari beberapa teman sekelas semasa di kelas IPA dulu. Kabar burung maksudnya bukan kabar si burung ataupun gosip lho, namun hanya sedikit mengenai keadaan dia saja.
Tidak ada angin tidak ada hujan, beberapa waktu yang lalu si W mulai menghubungi saya (sekitar bulan Juli 2010). Sebagai seorang yang menganut paham tidak-ada-yang-kebetulan-di-dunia-ini, saya cukup terkejut dan bertanya "Kok bisa ya, Tuhan?" he he soalnya kami memang sudah bertahun-tahun loose contact. Anehnya, ketika pertama kali kami berbicara melalui telepon kembali, tidak ada perasaan canggung ataupun menjaga jarak. Dia masih tetap si W yang bocor namun dalam versi yang lebih dewasa. Senang rasanya bisa ngobrol sama dia. Singkatnya, kami semakin intense berhubungan semenjak saat itu, baik via telepon maupun sms. Kadang saya harus memaksa diri saya untuk membalas smsnya, padahal saya paling males smsan (kerugian ber-smsan menurut saya: jempol sakit, ngabisin waktu, memicu untuk mengirim ataupun menerima sms, jadinya sambung-menyambung kayak kereta api tutt.. tutt.. tutt..). Beberapa hari setelah kami saling bertukar cerita, si W pelan-pelan mau membuka dirinya pada saya (lebih mendalam). Dia mengawali percakapan hari itu dengan sms menyapa dan bertanya kabar. Kemudian setelah beberapa lama saling berkirim pesan dia mulai bercerita tentang penyimpangan yang dia alami. Dia mengaku bahwa dia seorang Gay. Saya tidak kaget sih karena jujur saja, saya sudah merasakan bibit-bibit gay nya semenjak di SMA. Dia lebih menikmati bergaul dengan wanita dan matanya sedikit aneh ketika melihat pria. Saya juga sudah ada feeling kalau dia bakalan ngaku kalau dia seorang gay, cuma saya pura-pura tidak tahu saja dan lebih memilih menunggu dia untuk menceritakannya sendiri sebelum saya menarik kesimpulan apapun. Cukup sedih karena akhirnya dia memilih (menyerah) untuk menjadi seorang gay. Malam harinya saya berdoa bagi dia dan keesokkan harinya saya bertanya lebih mendalam soal perjalanan ke-gay-an-nya. Setelah mendengar dia bercerita, saya menyarankan dia untuk menemui psikiater karena menurut saya, selain ada roh jahat yang hinggap di tubuhnya, itu juga bisa disebabkan oleh kejiwaannya yang bermasalah (saya menolak pendapat yang mengatakan bahwa ada orang yang dilahirkan sebagai gay ataupun lesbian, nonsense). W berkata sudah mencoba segala cara untuk menyembuhkan dirinya, dari mulai pergi ke dokter, psikolog, dukun, kyai, bahkan pengobatan akupunktur. Namun hasilnya nihil. Dia tetap menyukai sesama jenisnya. Saya pun tidak bisa berkata lebih jauh selain berdoa. Saya percaya akan kekuatan doa :) Hal ini diperparah dengan berita beberapa hari kemudian bahwa si W dilamar oleh pacarnya, pastinya seorang pria. Pun saya speechless.

Pada tanggal 5 Agustus yang lalu, Pengadilan Tinggi Negara bagian California menolak Preposition 8 yang berisi  penolakan terhadap pernikahan sejenis yang dilakukan oleh kaum gay maupun lesbian. Saya kurang mengikuti perkembangan berita sebelumnya (ihwalnya) namun yang saya dengar perdebatan soal ini sudah terjadi bertahun-tahun dan cukup alot. Orang-orang dibelakang terbentuknya Preposition 8 ini datang dari berbagai kalangan, termasuk Pendeta dan (kalau tidak salah) Jaksa. Mereka, dengan segudang argumennya, menolak persamaan hak pernikahan kaum gay lesbian dengan kaum berbeda jenis kelamin. Kaum 'oposisi' juga tidak mau kalah. Dengan bertamengkan persamaan hak, mereka memperjuangkan pelegalan pernikahan sejenis. Dahulu, Pro-Preposition 8 memiliki banyak suara, namun sekarang, dengan semakin derasnya teriakan untuk persamaan hak di berbagai negara, khususnya di US, suara untuk Pro-Preposition 8 menurun drastis. Pada tanggal 5 Agustus 2010, Prepostion 8 ditolak oleh Pengadilan Tinggi Negara bagian California. Kaum gay dan lesbian bebas menikah. Kapanpun.

Saya perlu menelan ludah setelah saya membaca headline soal ini. Saya juga membaca komentar beberapa aktor, aktris, penyanyi dan bintang-bintang papan atas lainnya yang mensyukuri kekalahan Prepostion 8. Para orang-orang berpengaruh. Sungguh miris.
Saya sadar, dunia mulai kehilangan jati dirinya, hmm.. tunggu.. ataukah justru dunia semakin menemukan jati dirinya? Mungkinkah dunia punya jati diri?
Teringat tentang perjalan saya beberapa ratus tahun yang lalu (Edward Cullen kaliii..), saya pernah berlabuh di dermaga kaum feminist. Saya menyukai pemikiran para feminist yang meneriakkan tentang persamaan hak dengan kaum pria. Bagaimana kaum feminist ingin disamakan derajatnya dengan para pria. Namun, setelah saya mengenal Tuhan Yesus, pemikiran itu diubahkan. Frankly speaking, we'll never be the same like men. Saya bersyukur untuk perjuangan Ibu (kita) Kartini dalam usahanya Membawa-Keluar-Kaum-Wanita-Dari-Jerat-Dapur-dan-Kamar-Tidur. Dia sangat-sangat berjasa. Tapi saya pikir bukan pemikiran kaum feminist seperti itu yang diinginkan Ibu Kartini. Bukan kebebasan tanpa batas. Bukan persamaan hak seperti itu, namun yang ingin disampaikan Ibu Kartini adalah perubahan cara pandang kaum pria terhadap wanita.
Kembali kepada persamaan hak. Saya menilai persamaan derajat dan hak yang didengungkan kaum feminist tidak logis. Bagaimana mungkin seorang pria bisa disamakan dengan wanita?

M + N = MN

bukan

M + N = M ataupun M + N = N

Kita berbeda. Pria dan wanita berbeda. Pria dengan pria yang lainnya berbeda, begitu juga dengan wanita. We're one of a kind to each other. Kita tidak mungkin sama (equal) dari dulu, sekarang, sampai selamanya.
Jika dikaitkan dengan pernikahan sejenis yang ingin diakui haknya dengan pernikahan lawan jenis, menurut saya itu GILA dan ABNORMAL. Entah kenapa orang bisa berpikir untuk menganggap hal itu biasa saja, padahal di abad pertengahan, orang yang menyukai sesama jenis dianggap sebagai orang nista, kerasukan setan, dan atau memiliki penyakit mental. Kemudian orang yang memiliki kecenderungan ini nantinya akan di hukum dengan cara di bakar, diasingkan, ataupun di hukum gantung. Ngeri kali.
Semakin lama, manusia semakin berbudaya. Mereka mulai bisa menerima perbedaan. Tapi, lama kelamaan manusia terlalu liberal. Liberalisme yang tak terkendali. Tidak memiliki dasar dan pegangan. Sampai-sampai, mereka melegalkan hubungan atau pernikahan sesama jenis.
With all due respect, saya tidak membenci sedikitpun kaum gay dan lesbian. Saya marah bila ada yang menghina salah satu dari mereka. Saya marah bila ada yang berlaku kasar pada mereka. Saya menghargai mereka sama seperti saya menghargai diri saya. Namun, kita, manusia, diciptakan berpasang-pasangan, ditentukan berpasang-pasangan, dan bukannya sejenis-jenisan. Persamaan derajat wanita dengan pria masih terdengar ganjil, dan maaf saya tidak bisa menyetujuinya karena sampai kapanpun kita tidak pernah sama. Peran kita berbeda, namun sama mulianya di hadapan Allah.

Sahabatku, aku tahu kalian diluar sana.. Menangislah bersamaku, berdoalah bersamaku.. Bagi bangsa dan dunia ini. Bagi mereka yang putus asa. Bagi mereka yang sesat. Bagi mereka yang tertolak. Bagi mereka yang merasakan kekosongan. Mereka butuh Yesus, Sang Juru Selamat.. Start with a pray, you'll be able to change the world :)

Friday, August 13, 2010

Snow in Denpasar, Bali

Siang ini saya di kagetkan oleh prakiraan cuaca yang di buat oleh Yahoo (weather.com).. Hari ini dipastikan CERAH, namun yang membuat ngeri sekaligus senang (jadinya meringis) adalah hari Senin (08/16/2010) dan Selasa (08/17/2010) Denpasar, Bali akan CUKUP BERSALJU.
Brrr... Bakalan kayak gimana yah? Berikut bukti otentiknya (cekidottttt):



Seeeeeeeeeeeeeee...? :) Can't wait! 
P.S: Coba temukan kalimat 'Air Tenang Menghanyutkan' and what is the maksud? -_-


BUAT YANG LAGI DI LUAR BALI, SATU KALIMAT: KESIAN DEH LOOOOO....


Saturday, July 24, 2010

It was sweet, It is bitter


I wish I can be as honest as my friend's sister who could write her love story with a married guy, but I can't.
I realize I have few friends who accidentally knew my personal blog and sometimes read my posts, means I have to be careful if I don't want them to know the exact story. The thing is sometimes people start to guessing then end up with a wrong conclusion, which is sucks.

This post should be about a guy and me but somehow it now become a guy, me, and a girl.
I've been praying for this guy since the end of 2009, I was planning to do this for 2 years. At first it seemed an easy task, just praying once, twice or hundreds in a day, I didn't think about the consequences before (the length time of praying etc).
Well, sometimes I skipped my praying-for-him time, actually there were no special time just used to do it before going to bed. Things went rough, beside we never been having a good relation plus communication, I also easily get bored and having any other, let's say, heart factors.. (hope you understand what i'm saying)
Things became more complicated the day I felt something went wrong, something wasn't right, myself, him, and her. Err.. What to say, I realize that she (might be) fell in love with him.
She never said it straight to me but I am a woman, I do have intuition (though I'm quite realistic and logical). That's what I use as a the-only tool. Never in life I expect that will happen, I was quite shock, disappointed, but then quickly learn to take control back again. The reason why I became shocked and disappointed was she knew that I was praying for this man. Please, don't think that I reacted too much. You will understand how torn it was if you experience the same thing. Time really flew so fast, I have enough time to reflect, think, and put the pieces back again. Wasn't easy but I think I was and still able to, what to say, build a bridge and walk over the river :)
I've made up my mind! I will SLOWLY walk without disturbing both of them.

I got a phone call from an old friend tonite. We haven't spoke like 3 months or more since we got tied up to our stuffs. We had a decent conversation til' it moved to love topic. I used to tell him about my love stories, and he did likewise. So, it was his turn to hear about mine, I was unprepared but had to tell. When I finished telling him, he laughed, which wasn't a surprise coz I will do the same thing if I were him. He told me about his opinions, telling me what to do, this, that. To be honest, I was glad if he put himself as my besties. He's always care and never absent to show his love as a brother. BUT, unluckily, our conversation just brought back all the memories, all the hurt, all the feelings, which I wanted to forget. I think I was about to cry. Then I told him to stop. I just wanna stop and change the topic. He understood then began to talk bout another topic.
I was confused coz of my responses, but then I understand that it's not that easy to cope up and start to walk again after.
I am all good. Now I know how it is to say, Bitter Sweet. We're very acquinted now :)

There's always will a goodbye in every hi. So, guess, this will be a proper media to say..
Though I've failed to finish what I've promised God, I believe in His paths, there are no coincidences. There's always good reason behind every moment. He, our Creator, will do anything and can do everything, perfectly in His time. Goodbye, two years guy. I'm going to fly..



Friday, July 23, 2010

Thank God It's Friday

I love morning breeze. It reminds me of how beautiful my life is and how my Creator has made me :)

Me, finally succeeded, woke up at 7 am this morning. It should be celebrated SINCE I've been having a serious serial day-became-night-became-day.
I slept at 9 pm last nite, with a purpose to wake up at 2 am so that I could finish what I've to. Yes, I did awake at 1 am but enchanted with my bed and the silence of Bali that time. So, I was back to sleep again.

When I opened my eyes this morning, have to admit, I got this guilty feeling in. Remembering, there were lot of stuffs and things need to be done. Aarrgghh..
But then I opened my back door, I breathed in and.. I think I was faint for 5 seconds. I felt I was lost somewhere, or something. It was like in heaven.. (eventhough I've never been in heaven before)
The feeling of happiness, calmness really conquers in. The side effects are countless! I think I can beat anyone, I can finish any math tasks, I can write as many papers as I want, I can do anything, I even think I can flyyy.. Ha!

Well, I got my room tidy after, went to shower, having myself a big cup of coffee and keep sipping it til' now :) I am ready to face any dramas happened today! So full of spirit.
A package from God in the morning.
Really, Thank God It's Friday!




          


                 

GOOD MORNING, TANGERANG BALI!  

Wednesday, July 21, 2010

True love does exist



I've been walking too far. Saw too many things. Trapped in less simple circumstances.
I choose to be what I am now, Independent.
Apathetic seemed to be the closest word to define love.
I forgot how and why I came to this path that love (between men) is illogical, untrustable, grey and bitter.
Maybe it's something relate with the past. Well, it is.

Awakening, mind-opening, heart blasting moment has just happened tonite. I believe in the existence of love.
It crawled silently, deliberately, fulfilling my heart.
I don't want to let go.
True love does exist.



I don't have to write thousands of words to explain how much I love you.
No need to look into your eyes and expecting likewise to say what it hasn't been said.
There will be lot more arguing times. Starts in the morning and ends with a kiss.
You are the most possible possibilities whom God possibly wanted to be with me.
Hence, I want you as much as you want me. You want me as much as I want you, dearly.
Keep this words in mind: My feeling for you hasn't changed, from the moment I wrote this til I met you somewhere, somehow.
Someday, you will find me. I promise. I will be sparkled. I promise. You will notice me. I promise. Until death do us apart. I promise.
As I wait for you, I will remain as independent as I can be. We're not in a rush so take your time.
Be patient, my significant other, I am worth to wait.
Coz I believe, now, that true love, there is..