Saturday, January 24, 2009

A Place For You In My Heart

The Promise - Tracy Chapman


If you wait for me then I'll come for you
Although I've traveled far
I always hold a place for you in my heart
If you think of me, if you miss me once in awhile
Then I'll return to you
I'll return and fill that space in your heart

Remembering
Your touch
Your kiss
Your warm embrace
I'll find my way back to you
If you'll be waiting
If you dream of me like I dream of you
In a place thats warm and dark
In a place where I can feel the beating of your heart

Remembering
Your touch
Your kiss
Your warm embrace
I'll find my way back to you
If you'll be waiting
I've longed for you and I have desired
To see your face your smile
To be with you wherever you are

Remembering
Your touch
Your kiss
Your warm embrace
I'll find my way back to you
If you'll be waiting
I've longed for you and I have desired
To see your face, your smile
To be with you wherever you are

Remembering
Your touch
Your kiss
Your warm embrace
I'll find my way back to you
Please say you'll be waiting

Together again
It would feel so good to be
In your arms
Where all my journeys end
If you can make a promise if its one that you can keep, I vow to come for you
If you wait for me and say you'll hold
A place for me in your heart.

TEKNOLOGI yang mensupport MANUSIA dalam menemukan CINTA



Pagi ini cukup berbeda daripada pagi-pagi sebelumnya selama satu minggu belakangan ini, udara pagi yang biasanya sejuk bin dingin (karena mendung), pagi ini cukup hangat sehingga mengakibatkan saya kegerahan. Entah alasan penguatnya dikarenakan rambut saya yang mulai kepanjangan atau badan saya yang mulai kegemukan (mudah-mudahan karena rambut saya yang mulai kepanjangan karena kalau alasannya adalah badan saya yang mulai kegemukkan, mood saya bisa rusak hari ini hahahaha).
Hari ini saya terbangun pukul sembilan pagi, melihat sms masuk, mengecek email dan beberapa account di situs persahabatan yang saya miliki (kalau-kalau ada yang nulis wall, comment atau scrap hehehe). Biasanya sih saya tidak akan langsung membalas, selain membutuhkan konsentrasi dan pemikiran tingkat tinggi, saya juga merasa tidak sopan (kayaknya) kalau saya membalas tulisan yang mereka tulis dalam keadaan sadar dan saya membalasnya dalam kedaan setengah sadar.
Ngomong-ngomong soal email dan situs, saya pengen share sedikit soal pengalaman saya berinternet ria. Pertama kalinya saya mengenal dunia internet kira-kira sekitar 9 tahun yang lalu. Hari itu nggak akan bisa saya lupakan. Di suatu siang yang terik karena panasnya matahari, Sheila yang berumur 13 tahun (kelas 2 SMP atau kelas 8 kalau orang-orang sekarang bilang) dan beberapa teman karibnya semasa sekolah dulu, sedang berjalan pulang dari sekolah. Namun ditengah jalan, mereka terkesima melihat sebuah toko yang baru dibuka dan terlihat asing. Saking terkesimanya, segerombolan anak SMP yang masih ingusan itu (termasuk saya) tidak sadar kalau kaki kami sudah melangkah sampai kedepan pintu toko. Kami saling berisik
’Tempat apaan sih ini?’
’Kok bagus yah!’
’Gw belum pernah liat tempat kayak gini.’
’Mau nyoba masuk gak?’
’Gak ah takyut.’
’Tapi gw penasaran. Coba lo masuk duluan abis itu gw nyusul.’
‘Ogah ah. Lo aja dulu nanti gw traktir bakso mang Kasep deh’
Kira-kira seperti itulah perbincangan kami selama berbisik. Kami seperti terhipnotis untuk tidak beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Ketika masih saling berbisik, tiba-tiba kami dikejutkan oleh 2 sosok bapak dan ibu yang tersenyum begitu ramah.
Si Ibu berkata ”Mari dik, masuk. Belum pernah main internet khan?”,
saya yang paling tertarik kontan menjawab ”Tapi, bu, kami tidak tahu caranya.”.
”Ah, bisa diajarin kok. Yang penting masuk dulu.” Kata si Bapak.
Saya bisa melihat tatapan kegirangan di mata si Bapak. Mungkin yang terbersit diotaknya pada saat itu adalah ’Asik, asik . . datanglah ladang uang, ladang uang datanglah!’ (hahahaha). Singkat cerita, kami akhirnya masuk. Dengan dibantu oleh salah satu operator warnet, akhirnya saya mulai pengalaman saya berinternet ria. Chatting adalah hal pertama yang saya lakukan bersama si internet (pake MIRC, belum kenal YM ataupun MSN). Maklumlah baru pertama pakai internet, hasilnya tidak berjalan dengan mulus. Saya merasa buang-buang waktu dan uang, pada saat itu. Usut punya usut, ternyata saya lupa menekan tombol enter diakhir setiap kata-kata saya. Jadinya nggak masuk chatbox deh!
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun saya lewati. Internet banyak mengalami perubahan, dan begitu juga saya. Internet yang dulu saya anggap buang-buang waktu dan uang, malahan membuat saya tidak perduli dengan waktu dan uang. Saya mengalami beberapa kali dan tahapan menjadi seorang pecandu internet. Dari yang cuma kecanduan chatting sampai kecanduan situs-situs di internet. Apa sih yang orang lain lakuin di ataupun bersama internet yang saya nggak pernah lakuin? Saya pernah semuanya! Kecuali, maaf yah, chat sex. It’s a BIG NO for me. Yang pasti saya bukan orang yang terlalu putus asa di kehidupan real sehingga saya harus cari pelampiasan sex lewat dunia maya. Dan kebetulan saya punya pandangan sendiri soal sex, jadi yah, saya bukan a loser lha.
Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, chatting adalah hal pertama yang saya lakukan waktu pertama kali kenal dunia internet. Sampai sekarang hal terfavorite saya kalo lagi online adalah chatting. Maksudnya, nggak pernah ada waktu nggak mengaktikan messenger kalo saya lagi online. Entah sudah berapa ribu orang yang pernah ngobrol dengan seorang Sheila Ofrina. Entah sudah berapa banyak pria yang tahu nomor telepon rumah saya. Entah sudah berapa banyak topik yang saya bicarakan dengan mereka semua. Entah sudah berapa juta kali saya memaki orang-orang yang kurang ajar. Entah sudah berapa banyak orang yang masuk dalam daftar black-list saya di messenger. Entah . .
Kalau bicara soal chatting, pasti kita juga bicara soal chatroom. Saya pernah membahas soal ini dengan sahabat karib yang saya kenal lewat chatting.
Kenapa saya mengatakan dia sahabat karib, padahal saya mengenal dia lewat chatting. Lewat dunia yang orang bilang, MAYA. Well, you’ll never know. Saya bertemu Narendra Reddy, pria yang baik, pintar dan sopan. Yang dia tawarkan adalah hal yang saya perlukan, yaitu persahabatan. Suatu hari kami berbincang-bincang seperti ini :
Saya : ’Naren, menurutmu, internet (chatroom) itu dipenuhi dengan orang-orang yang sakit jiwa tidak? Maksudnya, lihat deh para maniak sex dan wannabes itu.’
Dia : ’Kamu masih ngeraguin itu? Tentu saja internet dipenuhi dengan orang-orang sakit. Kita khan udah pernah bahas soal ini’
Saya : ’Iya sih, tapi kalo internet dipenuhi dengan orang-orang sakit, lalu kita ini apa???’
Dia : ’Kita adalah orang-orang sakit, Shel. Tapi kita punya tujuan yang berbeda.’
Saya : ’Kira-kira masih ada nggak yah Naren-Naren dan Sheila-Sheila yang lain didunia ini, yang hanya menawarkan persahabatan yang murni dan tulus dari hati?’
Dia : ’Pasti ada lha. Buktinya kita ada. Dibelahan dunia yang lain pasti ada juga orang-orang seperti kita yang menawarkan persahabatan yang murni seperti yang kamu bilang.’
*Percakapan ini sudah saya filter dan translate sehingga layak untuk dsajikan kepada anda semuanya*
Saya cukup terganggu dengan para wannabes dan maniak sex yang bertebaran di internet. Saya cukup capek menekan icon ignore atau membaca komen-komen flirting dari para flirter. Tapi lewat pengalaman bertahun-tahun hidup didunia perinternetan, saya jadi lebih gape dan punya jurus sendiri dalam mengusir para flirter, wannabes dan maniak sex tersebut. Jurus-jurus tersebut juga saya bagikan kepada beberapa teman saya sehingga mereka terbebas dari jeratan para orang-orang sakit yang punya tujuan tidak sehat tersebut.
Memang sih, chatroom sekarang udah nggak beres. Lebih banyak orang nggak benernya daripada orang benernya. Tapi kalau mau dilihat, ada hal positif juga lho dalam chatroom. Chatroom sering dijadikan tempat untuk menemukan pasangan atau cinta. Menurut saya, chatroom bisa dibilang sebagai tempat menemukan cinta paling jujur, karena yang diandalkan ditempat ini adalah teknik berkomunikasi. Lewat komunikasi, yang memang merupakan elemen terpenting dalam suatu hubungan, orang bisa saling jatuh cinta. Tanpa memandang status sosial, ras, bentuk fisik, latar belakang pendidikan, warna kulit dan lain-lain, karena murni hanya mengandalkan komunikasi. Saya tidak mengatakan bahwa ini merupakan sesuatu yang benar, karena bagi saya pribadi, memiliki pasangan artinya mengetahui seluk beluk kehidupannya. Sekali lagi, saya mengatakan bahwa chatroom merupakan tempat menemukan cinta paling jujur. Memang sejalan dengan waktu, nantinya mereka akan mengetahui siapa lawan bicara mereka tersebut. Teknologi sungguh menghancurkan jarak dan waktu, contohnya webcam, si pasangan dapat melihat bentuk asli masing-masing lawan bicara lewat kamera. Lewat banyak hal mereka dapat mengetahui info-info lawan bicara mereka.
Saya banyak menemukan kisah cinta yang bermula dari internet, ada yang langgeng dan ada yang kandas. Sungguh unik memang cara manusia menemukan cinta dan bagaimana cinta itu sendiri berkembang lewat komunikasi. Sungguh unik pula cara teknologi mensupport manusia untuk menemukan cinta. Teknologi memang dahsyat. Manusia berlomba-lomba untuk mengetahui dan menciptakan teknologi paling dahsyat dan mutakhir. Kalau kita tidak hati-hati, kita bisa terhanyut lho! Makanya hati-hati donk. Jadi filter buat diri anda sendiri!!!

Friday, January 16, 2009

WANITA DAN JAMAN



Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film yang cukup bagus karena, pastinya, sesuai dengan selera saya (ya iya lha masak mulan jameela?). Film yang saya bilang barusan itu berjudul The Other Boleyn Girl, kedengarannya cukup seronok yah?. Tapi jangan takut, film ini tidak terlalu menampilkan adegan-adegan syuuuurr kok. Yaaahhh, bisa dikonsumsi oleh pria/wanita berumur 18 tahun ke atas (lho???). Nggak kok, film ini tidak mengumbar kemesuman, cuma adegan-adegan yang bisa dibilang tidak ’biasa’ itu sengaja ditampilkan sebagai adegan pembantu aja so filmnya tambah bagus.
Well, film bertema abad ke-16 ini, bercerita tentang 2 wanita (kakak beradik) yang ’dipaksa’ oleh sang ayah untuk merebut hati raja Inggris pada saat itu. Namun karena salah langkah makanya semua jadi berantakan. Si kakak perempuan dan adik laki-laki dipenggal kepalanya, cukup dramatis dan menyedihkan!!! Untuk lebih jelasnya, tonton saja filmnya. Ada di zeenemax kok, hehehhehe . .
Yang mau saya bahas di blog kali ini adalah tentang kualitas wanita pada jaman itu yang sangat berbeda sekali dengan wanita jaman ini, khususnya kalo dibandingkan dengan saya (beda banget!).
Saya sedikit merasa tertampar (dengan sapu) selama menonton film ini. Bagaimana tidak? Wanita-wanita di film itu semuanya bisa memasak, merawat diri bahkan merawat orang-orang sekitar mereka. Ternyata bisa memasak, menjahit, dan keterampilan-keterampilan lainnya merupakan hal yang lumrah pada jaman itu. Wanita pada jaman itu dididik untuk menjadi wanita yang handal, wanita yang terampil dengan hal-hal kewanitaan seperti itu. Mereka diajarkan untuk berjalan dengan anggun, bertutur kata dengan lembut dan bahkan mereka diajar untuk berpikir ’sempit’. Mengapa saya bilang mereka diajar untuk berpikir ’sempit’? Karena memang hak wanita pada jaman itu tidak setinggi jaman sekarang. Mereka terbiasa dengan posisi yang selalu berada di bawah pria. Mereka tidak bisa mengatakan pendapat mereka ketika si pria sudah mengeluarkan pendapat. Mereka tidak berani keluar dari pemikiran ’sempit’ itu yang ada pada jaman itu.
Wanita-wanita di film tersebut sungguh mengaggumkan, mereka menjalankan peran seorang wanita pada umumnya (dan seharusnya). Sungguh wanita sekali. Memang sih itu cuma film, tapi setiap sutradara pasti memaksimalkan setting tempat sesuai dengan jaman yang dimaksud di alur cerita tersebut demi mendapatkan ’mood’ yang tepat untuk si penonton menikmati tontonannya.
Hmmmm, kalo dibandingkan dengan wanita-wanita jaman sekarang sungguh sangat berbeda sekali. Wanita jaman sekarang mengalami kemuduran atau kalo bisa saya sebut pergeseran peran jenis kelamin. Coba kita lihat wanita-wanita disekeliling kita, jarang sekali yang tidak bekerja. Hampir semua bekerja. Bahkan ada pasangan yang bertukar peran, si suami mengurus rumah dan si istri yang mencari nafkah. Betul-betul out of men’s mind! Gila! Dunia ini yang berubah atau orang-orangnya yang berubah yah???
Oke, saya tidak akan menjadikan orang lain sebagai contoh. Saya akan menjadikan diri saya sendiri sebagai contoh. Siap-siap tercengang yah!
Saya adalah anak perempuan satu-satunya, saya anak terkecil dari 3 bersaudara. Pada usia remaja saya termasuk anak yang bisa membantu pekerjaan rumah tangga ibu saya. Tidak banyak memang dan cuma beberapa pekerjaan rumah tangga kecil namun cukup membantu lha. Saya tidak pernah dipaksa untuk mencuci piring, mengepel lantai dan mencuci pakaian. I learned it by seeing my mom how to do it! Jadi tidak pernah ada tuh sesi khusus belajar mengepel lantai atau kelas mencuci piring. Saya hidup dengan 2 kakak laki-laki yang sangat laki-laki sekali. Jadi sedikit banyak tingkah laku saya dipengaruhi oleh mereka. Maksudnya, saya termasuk dalam jajaran wanita yang tidak terlalu kewanitaan. Sekarang saya tinggal cukup jauh dari orang tua. Hal tersebut memaksa saya untuk melakukan banyak hal sendirian (termasuk hal-hal kerumah tanggaan). Cukup sulit! Sekarang saya memakai jasa laundry untuk mencuci pakaian kotor saya dan saya sengaja makan diluar rumah untuk menghindari mencuci piring dirumah. Oh my . . . hehehehe!
Saya tidak bangga dengan diri saya. Saya menganggap diri saya adalah salah satu icon wanita jaman ini, yang mengalami kemunduran peran!!!
Betapa menyedihkan wanita jaman sekarang!!
Betapa menyedihkannya saya!!
Mengapa saya nggak bisa masak ya??
Mengapa saya nggak bisa menjahit??
Mengapa saya malas mencuci piring kotor dan pakaian kotor saya??
Saya yakin, hal ini tidak hanya terjadi pada diri saya saja. Banyak sekali wanita diluar sana yang seperti saya, bahkan ada yang lebih parah.
Sekarang kalau kita bandingkan dengan wanita pada abad ke-16, wanita-wanita abad ke-20 (seperti saya dan ANDA mungkin hehehe) bisa diasingkan, dirajam bahkan tidak memiliki suami. Saya tidak bisa bayangkan kalo saya yang sekarang ini dikirim ke abad 16 oleh mesin waktu. Apa jadinya?? (saya jadi ingin mengucap syukur hahahaha).
Well, saya selalu percaya saya akan berubah suatu saat nanti. Gimana pun juga saya seorang wanita. Saya pasti memiliki natur kewanitaan, yang suatu saat akan muncul dan membuat dunia tercengang (jadi nggak sabar, nantikan yah!!). Walaupun akan melalui proses yang panjang dan sangat alot tapi saya ingin menjadi wanita abad ke-16 itu. Tidak seekstrim mereka sih karena sudah sangat dipastikan saya tidak mampu (pasti lah, kan jamannya beda), tapi cukup dengan menjadi seorang istri dan ibu yang baik juga disebut ’telaten’, saya sudah cukup bahagia dan lengkap menjadi seorang wanita.
Anda juga mengalami hal yang sama??? Mari berjuang bersama!! SEMANGAT!!!