Tuesday, December 15, 2009

Lets Talk About Sex


Let's Talk About Sex




Siang tadi, saya singgah ke suatu tempat dimana seorang teman biasa mengais rejeki. Satu tempat sederhana tempat baju-baju kotor disulap menjadi baju-baju bersih nan rapih. Perempuan berumur 20an itu menawari saya teh manis untuk mengawali pertemuan kami. Lima menit kemudian, untuk sekedar berbasa-basi, saya bertanya soal kapan dia hendak melangsungkan pernikahan. Pertanyaan itu keluar begitu saja, selain saya memang gemar membahas soal percintaan dengan para wanita, saya tahu bahwa teman saya ini memang lagi asik merajut kisah kasih dengan pacarnya. Jadi pertanyaan itu murni hanya iseng-iseng, dan kelanjutannya, pertanyaan itu berbuah. Berbuah manis dan pahit.
Teman saya menjawab dengan polos, “Mungkin dua tahun lagi, kak Sela”, ada pause sejenak kemudian dia melanjutkan, “memang awalnya orang tua marah, namun setelah saya jelaskan, sekarang mereka agak melunak”. Sedikit bingung, saya balik bertanya, “Lho, marah kenapa?”. Teman saya tidak langsung menjawab pertanyaan yang saya lemparkan, penjelasan yang dia berikan terkesan berputar-putar dan sedikit memaksa saya untuk memahami keadaannya saat ini. Penantian saya berhenti pada saat dia mengucapkan “Yah, kan kami sudah tinggal bareng”. Saya tidak mengedipkan mata selama beberapa detik setelah kalimat itu terucap, entah mengapa dan darimana asalnya, amarah mulai merambah dalam hati saya. Dia masih asik berceloteh, sementara saya mencoba mengerti perubahan emosi yang saya alami sambil meminta pimpinan Tuhan untuk bersikap bijak. Saya memilih untuk menegur secara halus dan berkata, “Kamu udah tahu itu tidak baik, jadi jangan dilanjutkan”. Dia terus membela diri, dengan berbagai alasan dari masalah ekonomi sampai kehendak Tuhan untuk mereka agar terus bersama. Saya berharap, sungguh, dia akan berkata “Kami memang tinggal bareng, tapi kami belum pernah berhubungan sex kok, kak”. Sayangnya, kalimat itu tidak pernah terlontar dari mulutnya. Semakin saya berusaha menyadarkannya, semakin dia bersikeras melegalkan tindakannya. Saya tidak mau berdebat, saya tidak datang untuk berdebat, tempat tersebut bukan tempat yang cocok untuk berdebat dan kalau pun kami berdebat, saya pikir itu hanya akan memperuncing suasana tanpa menemukan solusi, tidak secepat itu. Saya memilih untuk menjadi pendengar. Kemudian dia berkata, “Itu juga salah satu alasan kenapa aku jarang ke gereja, semua orang gereja udah tahu kalo aku tinggal bareng sama pacar”. Tiba-tiba saya teringat akan seorang pria paruh baya yang pernah sharing di ibadah kaum muda kami, dia mengabdikan hidupnya untuk melayani orang-orang yang dianggap sampah oleh masyarakat. Saya mendapat begitu banyak hal untuk direnungkan dan dipelajari ketika mendengar kesaksiannya dan saya mencoba menerapkannya pada teman saya yang lagi curcol ini. Saya berkata, “Jangan gitu donk, tetep dateng ke gereja lah”, dan teman saya pun tersenyum sambil mengangguk. Saya berharap dia bisa datang ke gereja minggu ini. She needs help, means she needs God.

Dalam perjalanan pulang, seperti yang sering saya lakukan, diatas motor saya merenung dan bertanya pada Tuhan “God, what should I do?”. Segala kejadian-kejadian serupa dimasa lalu yang terjadi disekeliling saya, orang-orang yang saya kasihi yang terlibat didalamnya, muncul bagai slideshow, sangat random. Begitu banyak orang-orang disekeliling saya yang ‘luput’ dari doa, pengawasan dan support saya. Tidak jarang, dahulu, saya sering menyalahkan diri saya ketika mendengar ada teman yang hamil diluar nikah atau melakukah hubungan sex pra-nikah (sex bebas). Percaya atau tidak, saya merasa bertanggung jawab atas kehidupan orang-orang tersebut! Sudah tidak terhitung berapa banyak perempuan dan pria disekeliling saya yang merelakan keperawanannya berakhir dengan jalan pintas, it’s all because of the sake of temporary happiness.

Seorang teman pernah mengemukakan pandangannya soal sex, bagi dia sex merupakan sebuah kebutuhan. Seperti makan nasi, kamu lapar maka kamu makan. Kalau dia sedang ingin having sex, maka dia akan berhubungan sex. Pada saat dia mengemukakan hal tersebut, saya tidak berusaha membantah, saya hanya berkata, “Well, saya punya pandangan yang berbeda”. Bagi saya sex merupakan hal yang suci, diciptakan untuk tujuan mulia. Kalau sudah berkaitan dengan mulia dan suci tentu saja berkaitan dengan Tuhan, Sang Pencipta sex itu sendiri. Sex itu nikmat, kata guru bahasa Inggris saya ketika saya masih duduk di bangku SMP. Dia mengucapkan itu ketika dia baru jadi newlywed. Saya percaya dan setuju! Namun kenikmatan bukanlah tidak memiliki batasan. Batasannya adalah sudah terikat dengan pernikahan (dihadapan Tuhan) kemudian sex digunakan sebagai media untuk mengekspresikan kasih antara pasangan tersebut. Kedengarannya bukanlah hal yang sulit, namun pada pengaplikasiannya manusia sulit untuk melakukan hal tersebut. Saya sudah melihat begitu banyak pasangan ‘kumpul-kebo’ yang memilih hidup bersama tanpa ikatan pernikahan, pasangan selingkuh, komersialisi sex dan banyak lagi penyimpangan-penyimpangan pengaplikasian sex dalam kehidupan manusia, yang tidak sesuai lagi dengan koridor yang seharusnya (ditetapkan Tuhan). Mereka gagal.

Dahulu, saya merupakan salah satu dari mereka. Saya gagal untuk mengaplikasikan sex yang suci dan mulia dalam kehidupan saya. Saya belum bisa cerita tentang detailnya, saya belum siap untuk bercerita dengan tulisan ini sebagai medianya. Mungkin pengakuan saya saat ini terlihat setengah-setengah, hal ini saya lakukan karena saya tidak mau ada yang menyebut saya munafik atau berpikir bahwa saya gak tahu apa-apa soal sex, setelah saya memunculkan tulisan ini. Saya tahu kok. Namun yang pasti, saya bukanlah saya yang dulu, yang belum mengenal Tuhan. Sekarang, saya merupakan Seila yang baru, yang sudah menerima Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat yang hidup.

Saya belajar untuk menghargai sex, terlebih lagi untuk belajar menghargai Dia sang pencipta sex itu sendiri. Banyak cara yang digunakan si iblis untuk memperdaya kita, manusia yang lemah and terbatas. Mungkin suatu hal yang luar biasa jika kita manusia yang lemah and terbatas dapat bertahan dari pergaulan sex bebas didunia yang semakin lama semakin jahat ini. Saya menyarankan anda untuk tetap berpegang pada Dia, renungkan firmanNya dan tetap setia dalam doa. Gak ada hal yang gak mungkin di dunia ini, anda pun bisa jatuh dalam dosa sex. Gak usah sok jago. Prestasi, posisi and latar belakang pendidikan nggak bisa menyelamatkan anda dari masalah ini, berpegang deh pada Dia! Jatuh dalam dosa sex atau gagal dalam mengaplikasikan sex yang suci dan mulia bukan hanya berarti you made sex or you lived in the same building with your gf/bf. Oral sex, onani, masturbasi, berpikiran kotor etc merupakan contoh-contah pengaplikasian sex yang salah. Kita, yang memiliki natur berdosa, memiliki persentase yang besar untuk bisa melakukan dosa-dosa tersebut.

Saya tidak mencoba mengutip ayat Alkitab atau kalimat-kalimat dari para pembicara terkenal untuk meyakinkan anda bahwa sex bebas tidak pernah memberikan keuntungan yang permanen. Tulisan ini murni dibuat karena kesedihan saya melihat kebobrokan pemuda di jaman ini. Jangan sia-siakan masa mudamu, kamu berharga bagi Allah! Mengapa harus mencicipi kesenangan yang dapat engkau nikmati nanti, ketika secara umur kamu sudah dianggap matang dan secara psikologis kamu sudah dianggap siap? Mengapa harus menyakiti hati Allah dengan melakukan hubungan sex yang tidak sesuai dengan tujuan yang sudah Allah tetapkan saat Ia menciptakannya? Sex merupakan hal yang suci, yang diciptakan untuk mewujudkan perintah Allah untuk beranak cucu, dan sex merupakan alat untuk mengekspresikan kasih sayang antar pasangan yang sudah menikah di dalam Tuhan. Tidak ada kata kompromi untuk hal yang satu ini. Jangan biarkan dirimu terhanyut oleh kesenangan sesaat. Tidak ada untungnya! Dunia memang jahat, karena itu sudah sepatutnya kita sebagai dombanya tetap berjaga-jaga, seperti dikatakan dalam Roma 12:2
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Kuncinya terletak pada penyerahan diri yang mutlak dan membiarkan Allah berdaulat atas hidup kita. Let Him leads our ways and keep seeking for His Kingdom. Selamat berjuang didunia yang jahat ini, kaum muda! Waspadalah.. Waspadalah!

Monday, December 7, 2009

Harga Sebuah Senyuman




HARGA SEBUAH SENYUMAN






Saya adalah seorang manusia yang telah hidup di dunia ini selama 23 tahun. Selama 23 tahun itu pula, seringkali saya bangun tidur di pagi hari dengan perasaan tidak menentu. Tidak menentu maksudnya bisa berarti banyak hal kecuali bahagia. Kebayang gak sih dari berjuta-juta perasaan (belum pernah ada penelitian yang meneliti banyaknya perasaan manusia sih, namun ungkapan ini sering dipakai untuk menunjukkan kemajemukkan perasaan manusia), saya tidak merasa bahagia ketika bangun pagi. Ada seorang teman yang menyebutnya morning-bad mood, saya sih ikut-ikut aja selama nggak disebut morning-sickness. Saya nggak tahu apakah morning-bad mood ini hanya dirasakan oleh orang-orang spesial seperti saya, ataukah hampir setiap wanita (pernah) merasakannya, atau morning-bad mood ini pernah juga dialami oleh kaum pria (saya belum pernah jadi pria, tapi kalau saya jadi pria, saya janji akan memberitahukannya kepada anda).


Morning-bad mood sering kali membuat saya jengah sendiri karena saya orang yang percaya dengan ungkapan ‘start your day with a smile’. Jadi, it sometimes freaks me out when I found myself hard to smile (in this case, when I woke up in the morning). Siapa sih di dunia ini yang mau harinya jadi buruk? No one, semua orang berharap harinya berjalan dengan baik and mulus. Biasanya kalau saya bangun dengan perasaan kayak gitu, kemungkinan besar, saya tidak akan semangat ngerjain apapun, bergerak 2 detik lebih lambat dari biasanya, kebanyakkan bengong and minim ekspresi muka.


Beberapa hari belakangan ini, morning-bad mood itu sering menghinggapi diriku (halah!). Saya bangun pagi, mengecek handphone (jangan ditiru!), sibuk dengan handphone (ini lebih-lebih, jangan ditiru!), menatap langit-langit seakan ngomong sama Tuhan ‘kok perasaanku aneh ya, Tuhan?’, kira-kira beginilah serangkaian 30 menit pertama ketika saya membuka mata di pagi hari.
Beberapa hari yang lalu, saya bangun dengan morning-bad mood. Saya memutuskan untuk pergi makan tahu tek diseputaran jalan Diponegoro, siangnya. Butuh waktu yang lama untuk akhirnya saya bersiap-siap, seperti yang sudah saya bilang, gerakan saya menjadi 2 detik lebih lambat dari biasanya. Singkatnya, saya sampai ditempat tahu tek yang dijual dengan harga 7000 perak seporsi. Semua berjalan biasa saja sampai ketika minuman saya habis dan saya hendak memesannya lagi. Saya berkata pada asisten chef tahu tek (yang bantu-bantu), ‘pak, minumannya donk, satu lagi.’ (guys, saya bener-bener minim ekspresi muka saat itu). Namun, pria yang kira-kira berusia 32 tahun itu tersenyum kepada saya sambil berkata ‘baik, mbak.’. Saya mendadak meleleh, bukan karena senyuman si asisten yang menawan (ga banget), namun karena disenyumin senyuman polos oleh seorang pria yang mungkin masalah hidupnya lebih banyak daripada masalah hidup saya. Disenyumin ketika saya sedang tidak tersenyum pada dia, rasanya WOW! Tanpa bermaksud ekstrim and hiperbola, tapi di saat yang sama, saya ingin menangis. Menangis terharu. Saya akhirnya punya alasan untuk merasa bahagia. Saya diingatkan untuk merasa bahagia. Lewat sebuah senyuman. Sambil memakan tahu tek, saya banyak merenung, merenungkan hal-hal yang sudah saya lewatkan sebelum saya sampai di tempat tahu tek.


Saya tiba-tiba teringat dengan momen-momen serupa yang pernah saya alami, ketika hati terasa hambar, ada begitu banyak orang yang menghangatkannya hanya dengan sebuah senyuman. Orang-orang tersebut kebanyakkan bukanlah orang yang saya kenal. Pernah suatu kali ada seorang ibu pemilik warung yang juga menjual bensin eceran, pernah juga ada seorang bapak pengendara mobil dan begitu banyak orang-orang asing diluar sana yang menghangatkan hati saya yang dingin. Posisi tiap orang dalam tiap kehidupan seseorang memang berbeda. Untuk orang-orang tersebut, mereka memberi harmoni tersendiri dalam hidup saya. Hanya dengan pertemuan beberapa menit dan mereka membuat saya menyadari bahwa hidup terlalu indah untuk dipandang dari ruang yang sempit. Orang-orang tersebut dipakai Tuhan untuk mengingatkan saya bahwa sebuah hari terlalu indah untuk dijalani dengan bermuram durja. Kenapa saya harus bermuram durja ketika saya harusnya bersukacita untuk segala nikmat yang udah Tuhan berikan?


Hal ini terasa begitu sederhana namun memiliki impact yang cukup kuat dan besar. Bayangkan bila orang-orang tersebut tidak tersenyum, salah satu hal yang tidak akan pernah terjadi adalah saya tidak pernah menyadarinya dan menulis tulisan ini. Sesuatu yang dilakukan pada saat yang tepat dengan porsi yang tepat pasti memiliki daya ‘ledak’ yang hebat.


Harga sebuah senyuman bagi saya tak ternilai harganya. Senyum-senyum mereka sungguh menghangatkan saya ketika dunia saya terasa muram. Ketika saya (berpikir) bahwa saya tidak mempunyai alasan lagi untuk tersenyum, ketika saya merasa tertekan, ketika tidak ada orang disekeliling saya yang bisa mengerti saya, ketika saya sedang minim kekuatan, they showered me with love through a smile. Tanpa bermaksud menyingkirkan posisi Roh Kudus yang (saya percaya) tinggal dalam hati saya, saya sungguh merasa terberkati dengan bagaimana mereka menghibur saya. Mungkin itu adalah salah satu cara Tuhan untuk tersenyum. Ketika saya, yang masih hidup dengan tubuh jasmani ini, tidak dapat memandang Tuhan secara ‘live’, I can see God smiling at me through them.


Tersenyumlah sahabatku ‘coz you might warm one’s cold cold heart with a smile. I am one of the ‘victim’. For those people who have shown me how beautiful life is, for became words when I have nothing to speak, THANK YOU. And God, You are the creator of us all, Your ways always amuse me, THANK YOU for shown me such important lesson. I might forget about this lesson someday, but I know, You will always send me angels to remind me how beautiful my life is. I am a student of God’s school and I am learning to be more like You. Love You, Lord







Tuesday, October 27, 2009

JELLY SONG

(a song dedicated to Jelly, pic of us above)


Jelly, Jelly
I love you so much, Jelly
Your cute brown eyes and your pinky tongue
Makes me love you more, Jelly

Jelly, Jelly
I love you so much, Jelly
Your white thick fur and your small ears errrr..
Oh, how I love Jelly

Friday, September 11, 2009

I Do Regret It

Alasan saya duduk di depan komputer saat ini adalah rasa frustasi yang sulit saya emban sendiri. Sulit sekali untuk berhenti berteriak (dalam hati) dan berkata 'bodoh.. bodohhhh'. Saya hampir saja 'melayangkan' kepala saya ke arah tembok kamar kalau saja saya tidak sadar bahwa ada orang di rumah selain saya yaitu my loyal friend, Dodik.

Kisah bermula dari beberapa bulan yang lalu, tapi tenang, saya gak akan menjabarkannya sepanjang itu.. let me make it short for you, guys..

Malam ini kira-kira jam 9 saya sampai dirumah, yang ternyata sudah dihuni oleh dodik terlebih dahulu (he's watchin a tv show). Sedikit terhibur karena rumah terasa sepi semenjak kepulangan abangku ke tangerang. Saya menyapa Dodik untuk sekedar basa-basi lalu berjalan ke arah kamar tidur and bersiap untuk mandi. Suasana hati saya lumayan tenteram. Saya sudah menghabiskan waktu bersama teman-teman semasa kuliah seharian dan malamnya saya membesuk temen-temen yang 'menurut kata hati saya' perlu dibesuk. All were perfect! Sampai kemudian hati saya tergerak untuk mengutak-utik skripsi yang memang tak kunjung selesai (dont ask why coz i have thousand reasons to tell you). Saya dan skripsi memang tak pernah berteman akrab, ummm atau bisa dibilang segala sesuatu yang berhubungan dengan institusi berbasis sekolah, perguruan tinggi dsb. Ketika sedang bergulat seru dengan setumpuk paper yang menunggu dibaca, saya teringat untuk mencari format skripsi ditumpukan 'folder kuliah' yang saya kumpulkan dalam satu bundel tas kertas lucu, imut nan stylish. Kalau membuka 'folder kuliah' tersebut, anda bisa melihat masa lalu perkuliahan saya dalam waktu 15 menit. KRS, slip SPP, kertas bimbingan dosen, amplop yang berisi nilai toefl saya dan banyak lagi. Mata saya menangkap selembar kertas yang berisikan nilai saya ketika berada di semester 2, lumayan bagus.. NAMUN hal itu menggelitik saya untuk mengecek nilai-nilai saya di semester yang lain, saat ini saya duduk di semester.. ada dehhh..

Masalah ini memang sudah berlarut-larut terjadi dari beberapa bulan yang lalu, nilai-nilai saya yang gak beres! Saya memilih untuk menguburnya daripada secara 'jantan' menerima kenyataan dan mencari jalan keluar. 'Ahh, transkrip nilainya ada di binder kuliah' kata saya dalam hati. Sedikit (dont know why) excited tapi agak gimana gitu, saya membuka transkrip nilai dan BANG, dia datang dan kembali menghantui. Saya baru menyadari bahwa saya melakukan kekeliruan. Saya mengulang mata kuliah yang salah! Nilai D terpampang jelas. Sejarah Kesusateraan Inggris 2. Saya pernah mengulang Sejarah Kesusasteraan Inggris 2 (and my fren told me that i got B). Kemudian saya telusuri transkrip nilai itu agak kebelakang, ada mata kuliah Sejarah Kesusasteraan Inggris 2 juga tapi nilainya C. Wait, waitt, waittttt.. Hmmm... Ada 1 mata kuliah yang tercetak 2 kali dalam satu transkrip nilai!!! Mana Sejarah Kesusateraan Inggris Sejarah 1???
Berarti mereka salah ketik! Kesusasteraan Inggris 1 yg dapet D, bukan SKI 2, sia-sia saya ngulang mata kuliah itu.. shitttttttttttttttt!!! Kemungkinan saya harus mengulang 1 semester lagi!!! Ohhh NOOOOOOOO!!! Panik, gelisah, marah, capur aduk deh kayak gado-gado. Selama 3 menit pikiran saya gak karuan, flash back masa-masa perkuliahan, muka para dosen, muka frustasi saya, wajah kecewa orang tua, sudut-sudut kampuss.. Semua bermunculan bagai slideshow di windows pic n fax viewer. Sesaat saya terkesiap, saya menengadah dan putus asa.. sangat-sangat putus asa. Hari-hari belakangan ini berat sekali saya lalui, ada satu masalah yang melemahkan saya dan cukup membuat saya lumpuh setengah jiwa. Dan harus ditambah lagi dengan masalah ini (??) Saya benar-benar tak habis pikir. Mau menjerit dan teriak sekuatnya tapi gak bisa, saya tidak sedang berada di pantai atau di atas bukit atau diujung dunia. Saya ada dirumah, rumah mungil dengan 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan 1 tempat cuci baju plus jemuran. Ditambah ada Dodik dirumah itu. Lucu aja kalau saya tiba-tiba nangis...

Kalau orang lagi ada masalah biasanya they tend to look for somethin sebagai pelarian. Ada yang ngobat, mabok, ngerokok, main cewek, main games, belanja, nyibukkin diri dengan pekerjaan, nonton seharian dan banyak lagi (booooo). Kalo saya, hmmm, terpikir untuk minum kopi and gak tidur tapi mengurungkan niat tsb coz saya lebih suka tidur dibanding begadang, lagipula begadang hanya akan membuat saya teringat dengan masalah-masalah yang saya hadapi. So, i chose the other option, online! Yup, online! Berhubungan dengan orang-orang dari belahan dunia lain, menulis, main games facebook, lumayan bisa mengalihkan saya dari kenyataan. Saya secara sadar mengetahui bahwa ini bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah tapi untuk beberapa saat but , please, i need my own time to reduce the tension.. pheww! Saya gak bisa berhenti tersenyum pada diri saya. Tersenyum sinis lebih tepatnya! Saya punya satu kebiasaan, saya akan tersenyum menanggapi ulah orang yang membuat saya muak, marah dan jijik minta ampun. Saya akan memilih diam dan tersenyum bila saya sudah mencapai kemarahan di level yang 'rawan'. Dan sekarang saya sedang tersenyum. Saya marah pada diri saya. Marah! Sangat marah! Tiba-tiba teringat kejadian sore tadi ketika saya berkata pada Lidya, angkatan 2009, untuk rajin-rajin kuliah karena saya sudah menyia-nyiakan waktu kuliah saya dimasa lalu (and i do regret it). I screwed up! Hmmm.. Saya harus cepet-cepet nyelesaiin permasalahan ini. Harus!!! Entah kapan.. Hiks :-(





Saturday, January 24, 2009

A Place For You In My Heart

The Promise - Tracy Chapman


If you wait for me then I'll come for you
Although I've traveled far
I always hold a place for you in my heart
If you think of me, if you miss me once in awhile
Then I'll return to you
I'll return and fill that space in your heart

Remembering
Your touch
Your kiss
Your warm embrace
I'll find my way back to you
If you'll be waiting
If you dream of me like I dream of you
In a place thats warm and dark
In a place where I can feel the beating of your heart

Remembering
Your touch
Your kiss
Your warm embrace
I'll find my way back to you
If you'll be waiting
I've longed for you and I have desired
To see your face your smile
To be with you wherever you are

Remembering
Your touch
Your kiss
Your warm embrace
I'll find my way back to you
If you'll be waiting
I've longed for you and I have desired
To see your face, your smile
To be with you wherever you are

Remembering
Your touch
Your kiss
Your warm embrace
I'll find my way back to you
Please say you'll be waiting

Together again
It would feel so good to be
In your arms
Where all my journeys end
If you can make a promise if its one that you can keep, I vow to come for you
If you wait for me and say you'll hold
A place for me in your heart.

TEKNOLOGI yang mensupport MANUSIA dalam menemukan CINTA



Pagi ini cukup berbeda daripada pagi-pagi sebelumnya selama satu minggu belakangan ini, udara pagi yang biasanya sejuk bin dingin (karena mendung), pagi ini cukup hangat sehingga mengakibatkan saya kegerahan. Entah alasan penguatnya dikarenakan rambut saya yang mulai kepanjangan atau badan saya yang mulai kegemukan (mudah-mudahan karena rambut saya yang mulai kepanjangan karena kalau alasannya adalah badan saya yang mulai kegemukkan, mood saya bisa rusak hari ini hahahaha).
Hari ini saya terbangun pukul sembilan pagi, melihat sms masuk, mengecek email dan beberapa account di situs persahabatan yang saya miliki (kalau-kalau ada yang nulis wall, comment atau scrap hehehe). Biasanya sih saya tidak akan langsung membalas, selain membutuhkan konsentrasi dan pemikiran tingkat tinggi, saya juga merasa tidak sopan (kayaknya) kalau saya membalas tulisan yang mereka tulis dalam keadaan sadar dan saya membalasnya dalam kedaan setengah sadar.
Ngomong-ngomong soal email dan situs, saya pengen share sedikit soal pengalaman saya berinternet ria. Pertama kalinya saya mengenal dunia internet kira-kira sekitar 9 tahun yang lalu. Hari itu nggak akan bisa saya lupakan. Di suatu siang yang terik karena panasnya matahari, Sheila yang berumur 13 tahun (kelas 2 SMP atau kelas 8 kalau orang-orang sekarang bilang) dan beberapa teman karibnya semasa sekolah dulu, sedang berjalan pulang dari sekolah. Namun ditengah jalan, mereka terkesima melihat sebuah toko yang baru dibuka dan terlihat asing. Saking terkesimanya, segerombolan anak SMP yang masih ingusan itu (termasuk saya) tidak sadar kalau kaki kami sudah melangkah sampai kedepan pintu toko. Kami saling berisik
’Tempat apaan sih ini?’
’Kok bagus yah!’
’Gw belum pernah liat tempat kayak gini.’
’Mau nyoba masuk gak?’
’Gak ah takyut.’
’Tapi gw penasaran. Coba lo masuk duluan abis itu gw nyusul.’
‘Ogah ah. Lo aja dulu nanti gw traktir bakso mang Kasep deh’
Kira-kira seperti itulah perbincangan kami selama berbisik. Kami seperti terhipnotis untuk tidak beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Ketika masih saling berbisik, tiba-tiba kami dikejutkan oleh 2 sosok bapak dan ibu yang tersenyum begitu ramah.
Si Ibu berkata ”Mari dik, masuk. Belum pernah main internet khan?”,
saya yang paling tertarik kontan menjawab ”Tapi, bu, kami tidak tahu caranya.”.
”Ah, bisa diajarin kok. Yang penting masuk dulu.” Kata si Bapak.
Saya bisa melihat tatapan kegirangan di mata si Bapak. Mungkin yang terbersit diotaknya pada saat itu adalah ’Asik, asik . . datanglah ladang uang, ladang uang datanglah!’ (hahahaha). Singkat cerita, kami akhirnya masuk. Dengan dibantu oleh salah satu operator warnet, akhirnya saya mulai pengalaman saya berinternet ria. Chatting adalah hal pertama yang saya lakukan bersama si internet (pake MIRC, belum kenal YM ataupun MSN). Maklumlah baru pertama pakai internet, hasilnya tidak berjalan dengan mulus. Saya merasa buang-buang waktu dan uang, pada saat itu. Usut punya usut, ternyata saya lupa menekan tombol enter diakhir setiap kata-kata saya. Jadinya nggak masuk chatbox deh!
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun saya lewati. Internet banyak mengalami perubahan, dan begitu juga saya. Internet yang dulu saya anggap buang-buang waktu dan uang, malahan membuat saya tidak perduli dengan waktu dan uang. Saya mengalami beberapa kali dan tahapan menjadi seorang pecandu internet. Dari yang cuma kecanduan chatting sampai kecanduan situs-situs di internet. Apa sih yang orang lain lakuin di ataupun bersama internet yang saya nggak pernah lakuin? Saya pernah semuanya! Kecuali, maaf yah, chat sex. It’s a BIG NO for me. Yang pasti saya bukan orang yang terlalu putus asa di kehidupan real sehingga saya harus cari pelampiasan sex lewat dunia maya. Dan kebetulan saya punya pandangan sendiri soal sex, jadi yah, saya bukan a loser lha.
Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, chatting adalah hal pertama yang saya lakukan waktu pertama kali kenal dunia internet. Sampai sekarang hal terfavorite saya kalo lagi online adalah chatting. Maksudnya, nggak pernah ada waktu nggak mengaktikan messenger kalo saya lagi online. Entah sudah berapa ribu orang yang pernah ngobrol dengan seorang Sheila Ofrina. Entah sudah berapa banyak pria yang tahu nomor telepon rumah saya. Entah sudah berapa banyak topik yang saya bicarakan dengan mereka semua. Entah sudah berapa juta kali saya memaki orang-orang yang kurang ajar. Entah sudah berapa banyak orang yang masuk dalam daftar black-list saya di messenger. Entah . .
Kalau bicara soal chatting, pasti kita juga bicara soal chatroom. Saya pernah membahas soal ini dengan sahabat karib yang saya kenal lewat chatting.
Kenapa saya mengatakan dia sahabat karib, padahal saya mengenal dia lewat chatting. Lewat dunia yang orang bilang, MAYA. Well, you’ll never know. Saya bertemu Narendra Reddy, pria yang baik, pintar dan sopan. Yang dia tawarkan adalah hal yang saya perlukan, yaitu persahabatan. Suatu hari kami berbincang-bincang seperti ini :
Saya : ’Naren, menurutmu, internet (chatroom) itu dipenuhi dengan orang-orang yang sakit jiwa tidak? Maksudnya, lihat deh para maniak sex dan wannabes itu.’
Dia : ’Kamu masih ngeraguin itu? Tentu saja internet dipenuhi dengan orang-orang sakit. Kita khan udah pernah bahas soal ini’
Saya : ’Iya sih, tapi kalo internet dipenuhi dengan orang-orang sakit, lalu kita ini apa???’
Dia : ’Kita adalah orang-orang sakit, Shel. Tapi kita punya tujuan yang berbeda.’
Saya : ’Kira-kira masih ada nggak yah Naren-Naren dan Sheila-Sheila yang lain didunia ini, yang hanya menawarkan persahabatan yang murni dan tulus dari hati?’
Dia : ’Pasti ada lha. Buktinya kita ada. Dibelahan dunia yang lain pasti ada juga orang-orang seperti kita yang menawarkan persahabatan yang murni seperti yang kamu bilang.’
*Percakapan ini sudah saya filter dan translate sehingga layak untuk dsajikan kepada anda semuanya*
Saya cukup terganggu dengan para wannabes dan maniak sex yang bertebaran di internet. Saya cukup capek menekan icon ignore atau membaca komen-komen flirting dari para flirter. Tapi lewat pengalaman bertahun-tahun hidup didunia perinternetan, saya jadi lebih gape dan punya jurus sendiri dalam mengusir para flirter, wannabes dan maniak sex tersebut. Jurus-jurus tersebut juga saya bagikan kepada beberapa teman saya sehingga mereka terbebas dari jeratan para orang-orang sakit yang punya tujuan tidak sehat tersebut.
Memang sih, chatroom sekarang udah nggak beres. Lebih banyak orang nggak benernya daripada orang benernya. Tapi kalau mau dilihat, ada hal positif juga lho dalam chatroom. Chatroom sering dijadikan tempat untuk menemukan pasangan atau cinta. Menurut saya, chatroom bisa dibilang sebagai tempat menemukan cinta paling jujur, karena yang diandalkan ditempat ini adalah teknik berkomunikasi. Lewat komunikasi, yang memang merupakan elemen terpenting dalam suatu hubungan, orang bisa saling jatuh cinta. Tanpa memandang status sosial, ras, bentuk fisik, latar belakang pendidikan, warna kulit dan lain-lain, karena murni hanya mengandalkan komunikasi. Saya tidak mengatakan bahwa ini merupakan sesuatu yang benar, karena bagi saya pribadi, memiliki pasangan artinya mengetahui seluk beluk kehidupannya. Sekali lagi, saya mengatakan bahwa chatroom merupakan tempat menemukan cinta paling jujur. Memang sejalan dengan waktu, nantinya mereka akan mengetahui siapa lawan bicara mereka tersebut. Teknologi sungguh menghancurkan jarak dan waktu, contohnya webcam, si pasangan dapat melihat bentuk asli masing-masing lawan bicara lewat kamera. Lewat banyak hal mereka dapat mengetahui info-info lawan bicara mereka.
Saya banyak menemukan kisah cinta yang bermula dari internet, ada yang langgeng dan ada yang kandas. Sungguh unik memang cara manusia menemukan cinta dan bagaimana cinta itu sendiri berkembang lewat komunikasi. Sungguh unik pula cara teknologi mensupport manusia untuk menemukan cinta. Teknologi memang dahsyat. Manusia berlomba-lomba untuk mengetahui dan menciptakan teknologi paling dahsyat dan mutakhir. Kalau kita tidak hati-hati, kita bisa terhanyut lho! Makanya hati-hati donk. Jadi filter buat diri anda sendiri!!!

Friday, January 16, 2009

WANITA DAN JAMAN



Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film yang cukup bagus karena, pastinya, sesuai dengan selera saya (ya iya lha masak mulan jameela?). Film yang saya bilang barusan itu berjudul The Other Boleyn Girl, kedengarannya cukup seronok yah?. Tapi jangan takut, film ini tidak terlalu menampilkan adegan-adegan syuuuurr kok. Yaaahhh, bisa dikonsumsi oleh pria/wanita berumur 18 tahun ke atas (lho???). Nggak kok, film ini tidak mengumbar kemesuman, cuma adegan-adegan yang bisa dibilang tidak ’biasa’ itu sengaja ditampilkan sebagai adegan pembantu aja so filmnya tambah bagus.
Well, film bertema abad ke-16 ini, bercerita tentang 2 wanita (kakak beradik) yang ’dipaksa’ oleh sang ayah untuk merebut hati raja Inggris pada saat itu. Namun karena salah langkah makanya semua jadi berantakan. Si kakak perempuan dan adik laki-laki dipenggal kepalanya, cukup dramatis dan menyedihkan!!! Untuk lebih jelasnya, tonton saja filmnya. Ada di zeenemax kok, hehehhehe . .
Yang mau saya bahas di blog kali ini adalah tentang kualitas wanita pada jaman itu yang sangat berbeda sekali dengan wanita jaman ini, khususnya kalo dibandingkan dengan saya (beda banget!).
Saya sedikit merasa tertampar (dengan sapu) selama menonton film ini. Bagaimana tidak? Wanita-wanita di film itu semuanya bisa memasak, merawat diri bahkan merawat orang-orang sekitar mereka. Ternyata bisa memasak, menjahit, dan keterampilan-keterampilan lainnya merupakan hal yang lumrah pada jaman itu. Wanita pada jaman itu dididik untuk menjadi wanita yang handal, wanita yang terampil dengan hal-hal kewanitaan seperti itu. Mereka diajarkan untuk berjalan dengan anggun, bertutur kata dengan lembut dan bahkan mereka diajar untuk berpikir ’sempit’. Mengapa saya bilang mereka diajar untuk berpikir ’sempit’? Karena memang hak wanita pada jaman itu tidak setinggi jaman sekarang. Mereka terbiasa dengan posisi yang selalu berada di bawah pria. Mereka tidak bisa mengatakan pendapat mereka ketika si pria sudah mengeluarkan pendapat. Mereka tidak berani keluar dari pemikiran ’sempit’ itu yang ada pada jaman itu.
Wanita-wanita di film tersebut sungguh mengaggumkan, mereka menjalankan peran seorang wanita pada umumnya (dan seharusnya). Sungguh wanita sekali. Memang sih itu cuma film, tapi setiap sutradara pasti memaksimalkan setting tempat sesuai dengan jaman yang dimaksud di alur cerita tersebut demi mendapatkan ’mood’ yang tepat untuk si penonton menikmati tontonannya.
Hmmmm, kalo dibandingkan dengan wanita-wanita jaman sekarang sungguh sangat berbeda sekali. Wanita jaman sekarang mengalami kemuduran atau kalo bisa saya sebut pergeseran peran jenis kelamin. Coba kita lihat wanita-wanita disekeliling kita, jarang sekali yang tidak bekerja. Hampir semua bekerja. Bahkan ada pasangan yang bertukar peran, si suami mengurus rumah dan si istri yang mencari nafkah. Betul-betul out of men’s mind! Gila! Dunia ini yang berubah atau orang-orangnya yang berubah yah???
Oke, saya tidak akan menjadikan orang lain sebagai contoh. Saya akan menjadikan diri saya sendiri sebagai contoh. Siap-siap tercengang yah!
Saya adalah anak perempuan satu-satunya, saya anak terkecil dari 3 bersaudara. Pada usia remaja saya termasuk anak yang bisa membantu pekerjaan rumah tangga ibu saya. Tidak banyak memang dan cuma beberapa pekerjaan rumah tangga kecil namun cukup membantu lha. Saya tidak pernah dipaksa untuk mencuci piring, mengepel lantai dan mencuci pakaian. I learned it by seeing my mom how to do it! Jadi tidak pernah ada tuh sesi khusus belajar mengepel lantai atau kelas mencuci piring. Saya hidup dengan 2 kakak laki-laki yang sangat laki-laki sekali. Jadi sedikit banyak tingkah laku saya dipengaruhi oleh mereka. Maksudnya, saya termasuk dalam jajaran wanita yang tidak terlalu kewanitaan. Sekarang saya tinggal cukup jauh dari orang tua. Hal tersebut memaksa saya untuk melakukan banyak hal sendirian (termasuk hal-hal kerumah tanggaan). Cukup sulit! Sekarang saya memakai jasa laundry untuk mencuci pakaian kotor saya dan saya sengaja makan diluar rumah untuk menghindari mencuci piring dirumah. Oh my . . . hehehehe!
Saya tidak bangga dengan diri saya. Saya menganggap diri saya adalah salah satu icon wanita jaman ini, yang mengalami kemunduran peran!!!
Betapa menyedihkan wanita jaman sekarang!!
Betapa menyedihkannya saya!!
Mengapa saya nggak bisa masak ya??
Mengapa saya nggak bisa menjahit??
Mengapa saya malas mencuci piring kotor dan pakaian kotor saya??
Saya yakin, hal ini tidak hanya terjadi pada diri saya saja. Banyak sekali wanita diluar sana yang seperti saya, bahkan ada yang lebih parah.
Sekarang kalau kita bandingkan dengan wanita pada abad ke-16, wanita-wanita abad ke-20 (seperti saya dan ANDA mungkin hehehe) bisa diasingkan, dirajam bahkan tidak memiliki suami. Saya tidak bisa bayangkan kalo saya yang sekarang ini dikirim ke abad 16 oleh mesin waktu. Apa jadinya?? (saya jadi ingin mengucap syukur hahahaha).
Well, saya selalu percaya saya akan berubah suatu saat nanti. Gimana pun juga saya seorang wanita. Saya pasti memiliki natur kewanitaan, yang suatu saat akan muncul dan membuat dunia tercengang (jadi nggak sabar, nantikan yah!!). Walaupun akan melalui proses yang panjang dan sangat alot tapi saya ingin menjadi wanita abad ke-16 itu. Tidak seekstrim mereka sih karena sudah sangat dipastikan saya tidak mampu (pasti lah, kan jamannya beda), tapi cukup dengan menjadi seorang istri dan ibu yang baik juga disebut ’telaten’, saya sudah cukup bahagia dan lengkap menjadi seorang wanita.
Anda juga mengalami hal yang sama??? Mari berjuang bersama!! SEMANGAT!!!