Friday, January 16, 2009

WANITA DAN JAMAN



Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film yang cukup bagus karena, pastinya, sesuai dengan selera saya (ya iya lha masak mulan jameela?). Film yang saya bilang barusan itu berjudul The Other Boleyn Girl, kedengarannya cukup seronok yah?. Tapi jangan takut, film ini tidak terlalu menampilkan adegan-adegan syuuuurr kok. Yaaahhh, bisa dikonsumsi oleh pria/wanita berumur 18 tahun ke atas (lho???). Nggak kok, film ini tidak mengumbar kemesuman, cuma adegan-adegan yang bisa dibilang tidak ’biasa’ itu sengaja ditampilkan sebagai adegan pembantu aja so filmnya tambah bagus.
Well, film bertema abad ke-16 ini, bercerita tentang 2 wanita (kakak beradik) yang ’dipaksa’ oleh sang ayah untuk merebut hati raja Inggris pada saat itu. Namun karena salah langkah makanya semua jadi berantakan. Si kakak perempuan dan adik laki-laki dipenggal kepalanya, cukup dramatis dan menyedihkan!!! Untuk lebih jelasnya, tonton saja filmnya. Ada di zeenemax kok, hehehhehe . .
Yang mau saya bahas di blog kali ini adalah tentang kualitas wanita pada jaman itu yang sangat berbeda sekali dengan wanita jaman ini, khususnya kalo dibandingkan dengan saya (beda banget!).
Saya sedikit merasa tertampar (dengan sapu) selama menonton film ini. Bagaimana tidak? Wanita-wanita di film itu semuanya bisa memasak, merawat diri bahkan merawat orang-orang sekitar mereka. Ternyata bisa memasak, menjahit, dan keterampilan-keterampilan lainnya merupakan hal yang lumrah pada jaman itu. Wanita pada jaman itu dididik untuk menjadi wanita yang handal, wanita yang terampil dengan hal-hal kewanitaan seperti itu. Mereka diajarkan untuk berjalan dengan anggun, bertutur kata dengan lembut dan bahkan mereka diajar untuk berpikir ’sempit’. Mengapa saya bilang mereka diajar untuk berpikir ’sempit’? Karena memang hak wanita pada jaman itu tidak setinggi jaman sekarang. Mereka terbiasa dengan posisi yang selalu berada di bawah pria. Mereka tidak bisa mengatakan pendapat mereka ketika si pria sudah mengeluarkan pendapat. Mereka tidak berani keluar dari pemikiran ’sempit’ itu yang ada pada jaman itu.
Wanita-wanita di film tersebut sungguh mengaggumkan, mereka menjalankan peran seorang wanita pada umumnya (dan seharusnya). Sungguh wanita sekali. Memang sih itu cuma film, tapi setiap sutradara pasti memaksimalkan setting tempat sesuai dengan jaman yang dimaksud di alur cerita tersebut demi mendapatkan ’mood’ yang tepat untuk si penonton menikmati tontonannya.
Hmmmm, kalo dibandingkan dengan wanita-wanita jaman sekarang sungguh sangat berbeda sekali. Wanita jaman sekarang mengalami kemuduran atau kalo bisa saya sebut pergeseran peran jenis kelamin. Coba kita lihat wanita-wanita disekeliling kita, jarang sekali yang tidak bekerja. Hampir semua bekerja. Bahkan ada pasangan yang bertukar peran, si suami mengurus rumah dan si istri yang mencari nafkah. Betul-betul out of men’s mind! Gila! Dunia ini yang berubah atau orang-orangnya yang berubah yah???
Oke, saya tidak akan menjadikan orang lain sebagai contoh. Saya akan menjadikan diri saya sendiri sebagai contoh. Siap-siap tercengang yah!
Saya adalah anak perempuan satu-satunya, saya anak terkecil dari 3 bersaudara. Pada usia remaja saya termasuk anak yang bisa membantu pekerjaan rumah tangga ibu saya. Tidak banyak memang dan cuma beberapa pekerjaan rumah tangga kecil namun cukup membantu lha. Saya tidak pernah dipaksa untuk mencuci piring, mengepel lantai dan mencuci pakaian. I learned it by seeing my mom how to do it! Jadi tidak pernah ada tuh sesi khusus belajar mengepel lantai atau kelas mencuci piring. Saya hidup dengan 2 kakak laki-laki yang sangat laki-laki sekali. Jadi sedikit banyak tingkah laku saya dipengaruhi oleh mereka. Maksudnya, saya termasuk dalam jajaran wanita yang tidak terlalu kewanitaan. Sekarang saya tinggal cukup jauh dari orang tua. Hal tersebut memaksa saya untuk melakukan banyak hal sendirian (termasuk hal-hal kerumah tanggaan). Cukup sulit! Sekarang saya memakai jasa laundry untuk mencuci pakaian kotor saya dan saya sengaja makan diluar rumah untuk menghindari mencuci piring dirumah. Oh my . . . hehehehe!
Saya tidak bangga dengan diri saya. Saya menganggap diri saya adalah salah satu icon wanita jaman ini, yang mengalami kemunduran peran!!!
Betapa menyedihkan wanita jaman sekarang!!
Betapa menyedihkannya saya!!
Mengapa saya nggak bisa masak ya??
Mengapa saya nggak bisa menjahit??
Mengapa saya malas mencuci piring kotor dan pakaian kotor saya??
Saya yakin, hal ini tidak hanya terjadi pada diri saya saja. Banyak sekali wanita diluar sana yang seperti saya, bahkan ada yang lebih parah.
Sekarang kalau kita bandingkan dengan wanita pada abad ke-16, wanita-wanita abad ke-20 (seperti saya dan ANDA mungkin hehehe) bisa diasingkan, dirajam bahkan tidak memiliki suami. Saya tidak bisa bayangkan kalo saya yang sekarang ini dikirim ke abad 16 oleh mesin waktu. Apa jadinya?? (saya jadi ingin mengucap syukur hahahaha).
Well, saya selalu percaya saya akan berubah suatu saat nanti. Gimana pun juga saya seorang wanita. Saya pasti memiliki natur kewanitaan, yang suatu saat akan muncul dan membuat dunia tercengang (jadi nggak sabar, nantikan yah!!). Walaupun akan melalui proses yang panjang dan sangat alot tapi saya ingin menjadi wanita abad ke-16 itu. Tidak seekstrim mereka sih karena sudah sangat dipastikan saya tidak mampu (pasti lah, kan jamannya beda), tapi cukup dengan menjadi seorang istri dan ibu yang baik juga disebut ’telaten’, saya sudah cukup bahagia dan lengkap menjadi seorang wanita.
Anda juga mengalami hal yang sama??? Mari berjuang bersama!! SEMANGAT!!!

4 comments:

  1. Seru juga filmnya ya. Jd pingin nonton.Kebetulan istri saya movie-mania. Salam kenal.Alamatnya dimana nich ? Bisa minta contact personnya ya ? email, etc.
    Thank's. Kadek

    ReplyDelete
  2. Sorry ada yang ketinggalan. Ni saya comment lewat blogger saya. Your blogspot theme realy exciting. Thank's .Kadek

    ReplyDelete
  3. Wow, posting yang menarik, Sei. Keren dan mengundang. Eh, ngomong2... I'm not ur teacher. Qt kan sama2 lg berjuang buat jadi sempurna di hadapan Sang Khalik. But, tq 4 all.
    Ngomong2 soal wanita dan kewanitaan, gue jg pernah ngalamin hal yang sama loh. Pertanyaan2 itu muncul tidak hanya karena gue ngerasa, melainkan juga karena itu pernah jadi stereotip yang nempel begitu aja di mata orang2 yang gue kenal. Bukan bingung, hanya kaget karena dibilang unsur maskulin gue ternyata lebih dominan. Untungnya sekarang dah ga lagi kan?
    Semakin nambah umur, semakin gue pahami bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan hidup manusia itu sangat relatif dan fana, termasuk soal peran pria dan wanita. Emang peran kedua gender yang saling melengkapi itu sptnya udah ditentukan demikian sejak dari semula, tapi bukan harga mati. Eh, bukan berarti gue nyaman dan ngedukung kaum feminist yg mo menyetarakan diri dgn kaum Adam. That's too much dan ga pada tempatnya.
    Sang Pencipta emang dah ciptain male n female itu sejajar koq, ga pernah ada yg lebih tinggi. Jd ga perlu disejajarkan lg. Hakekat yg benar dan hrs diperjuangkan adalah gmn bisa hidup sebagaimana qt diciptain dalam lingkungan keberadaan qt. Qt ada untuk menciptakan harmonisasi yang indah dalam segala kondisi, termasuk dalam konflik dan penderitaan. Kalo emang untuk mencapai harmoni, qt harus jadi wanita dengan peran tertentu (mis: ibu rumah tangga yg lembut-manja krn suami dah cukup jalankan peran atau ibu rumah tangga yang perkasa krn suami sakit parah) ya ga jadi masalah? Hidup adalah keputusan, jadi qt bisa belajar untuk menjadi yang kita mampu/dimampukan. Bukan jadi orang lain sih, but jadi yang terbaik aja untuk ciptain harmoni tadi. Standar harmmoninya u know Who kan? Great, Sei!

    ReplyDelete
  4. Hallo, Pak Kadek Anom . .
    Thanks untuk komennya :)
    Email saya : sheila_lutzu@yahoo.com

    ReplyDelete