Saturday, January 24, 2009

TEKNOLOGI yang mensupport MANUSIA dalam menemukan CINTA



Pagi ini cukup berbeda daripada pagi-pagi sebelumnya selama satu minggu belakangan ini, udara pagi yang biasanya sejuk bin dingin (karena mendung), pagi ini cukup hangat sehingga mengakibatkan saya kegerahan. Entah alasan penguatnya dikarenakan rambut saya yang mulai kepanjangan atau badan saya yang mulai kegemukan (mudah-mudahan karena rambut saya yang mulai kepanjangan karena kalau alasannya adalah badan saya yang mulai kegemukkan, mood saya bisa rusak hari ini hahahaha).
Hari ini saya terbangun pukul sembilan pagi, melihat sms masuk, mengecek email dan beberapa account di situs persahabatan yang saya miliki (kalau-kalau ada yang nulis wall, comment atau scrap hehehe). Biasanya sih saya tidak akan langsung membalas, selain membutuhkan konsentrasi dan pemikiran tingkat tinggi, saya juga merasa tidak sopan (kayaknya) kalau saya membalas tulisan yang mereka tulis dalam keadaan sadar dan saya membalasnya dalam kedaan setengah sadar.
Ngomong-ngomong soal email dan situs, saya pengen share sedikit soal pengalaman saya berinternet ria. Pertama kalinya saya mengenal dunia internet kira-kira sekitar 9 tahun yang lalu. Hari itu nggak akan bisa saya lupakan. Di suatu siang yang terik karena panasnya matahari, Sheila yang berumur 13 tahun (kelas 2 SMP atau kelas 8 kalau orang-orang sekarang bilang) dan beberapa teman karibnya semasa sekolah dulu, sedang berjalan pulang dari sekolah. Namun ditengah jalan, mereka terkesima melihat sebuah toko yang baru dibuka dan terlihat asing. Saking terkesimanya, segerombolan anak SMP yang masih ingusan itu (termasuk saya) tidak sadar kalau kaki kami sudah melangkah sampai kedepan pintu toko. Kami saling berisik
’Tempat apaan sih ini?’
’Kok bagus yah!’
’Gw belum pernah liat tempat kayak gini.’
’Mau nyoba masuk gak?’
’Gak ah takyut.’
’Tapi gw penasaran. Coba lo masuk duluan abis itu gw nyusul.’
‘Ogah ah. Lo aja dulu nanti gw traktir bakso mang Kasep deh’
Kira-kira seperti itulah perbincangan kami selama berbisik. Kami seperti terhipnotis untuk tidak beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Ketika masih saling berbisik, tiba-tiba kami dikejutkan oleh 2 sosok bapak dan ibu yang tersenyum begitu ramah.
Si Ibu berkata ”Mari dik, masuk. Belum pernah main internet khan?”,
saya yang paling tertarik kontan menjawab ”Tapi, bu, kami tidak tahu caranya.”.
”Ah, bisa diajarin kok. Yang penting masuk dulu.” Kata si Bapak.
Saya bisa melihat tatapan kegirangan di mata si Bapak. Mungkin yang terbersit diotaknya pada saat itu adalah ’Asik, asik . . datanglah ladang uang, ladang uang datanglah!’ (hahahaha). Singkat cerita, kami akhirnya masuk. Dengan dibantu oleh salah satu operator warnet, akhirnya saya mulai pengalaman saya berinternet ria. Chatting adalah hal pertama yang saya lakukan bersama si internet (pake MIRC, belum kenal YM ataupun MSN). Maklumlah baru pertama pakai internet, hasilnya tidak berjalan dengan mulus. Saya merasa buang-buang waktu dan uang, pada saat itu. Usut punya usut, ternyata saya lupa menekan tombol enter diakhir setiap kata-kata saya. Jadinya nggak masuk chatbox deh!
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun saya lewati. Internet banyak mengalami perubahan, dan begitu juga saya. Internet yang dulu saya anggap buang-buang waktu dan uang, malahan membuat saya tidak perduli dengan waktu dan uang. Saya mengalami beberapa kali dan tahapan menjadi seorang pecandu internet. Dari yang cuma kecanduan chatting sampai kecanduan situs-situs di internet. Apa sih yang orang lain lakuin di ataupun bersama internet yang saya nggak pernah lakuin? Saya pernah semuanya! Kecuali, maaf yah, chat sex. It’s a BIG NO for me. Yang pasti saya bukan orang yang terlalu putus asa di kehidupan real sehingga saya harus cari pelampiasan sex lewat dunia maya. Dan kebetulan saya punya pandangan sendiri soal sex, jadi yah, saya bukan a loser lha.
Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, chatting adalah hal pertama yang saya lakukan waktu pertama kali kenal dunia internet. Sampai sekarang hal terfavorite saya kalo lagi online adalah chatting. Maksudnya, nggak pernah ada waktu nggak mengaktikan messenger kalo saya lagi online. Entah sudah berapa ribu orang yang pernah ngobrol dengan seorang Sheila Ofrina. Entah sudah berapa banyak pria yang tahu nomor telepon rumah saya. Entah sudah berapa banyak topik yang saya bicarakan dengan mereka semua. Entah sudah berapa juta kali saya memaki orang-orang yang kurang ajar. Entah sudah berapa banyak orang yang masuk dalam daftar black-list saya di messenger. Entah . .
Kalau bicara soal chatting, pasti kita juga bicara soal chatroom. Saya pernah membahas soal ini dengan sahabat karib yang saya kenal lewat chatting.
Kenapa saya mengatakan dia sahabat karib, padahal saya mengenal dia lewat chatting. Lewat dunia yang orang bilang, MAYA. Well, you’ll never know. Saya bertemu Narendra Reddy, pria yang baik, pintar dan sopan. Yang dia tawarkan adalah hal yang saya perlukan, yaitu persahabatan. Suatu hari kami berbincang-bincang seperti ini :
Saya : ’Naren, menurutmu, internet (chatroom) itu dipenuhi dengan orang-orang yang sakit jiwa tidak? Maksudnya, lihat deh para maniak sex dan wannabes itu.’
Dia : ’Kamu masih ngeraguin itu? Tentu saja internet dipenuhi dengan orang-orang sakit. Kita khan udah pernah bahas soal ini’
Saya : ’Iya sih, tapi kalo internet dipenuhi dengan orang-orang sakit, lalu kita ini apa???’
Dia : ’Kita adalah orang-orang sakit, Shel. Tapi kita punya tujuan yang berbeda.’
Saya : ’Kira-kira masih ada nggak yah Naren-Naren dan Sheila-Sheila yang lain didunia ini, yang hanya menawarkan persahabatan yang murni dan tulus dari hati?’
Dia : ’Pasti ada lha. Buktinya kita ada. Dibelahan dunia yang lain pasti ada juga orang-orang seperti kita yang menawarkan persahabatan yang murni seperti yang kamu bilang.’
*Percakapan ini sudah saya filter dan translate sehingga layak untuk dsajikan kepada anda semuanya*
Saya cukup terganggu dengan para wannabes dan maniak sex yang bertebaran di internet. Saya cukup capek menekan icon ignore atau membaca komen-komen flirting dari para flirter. Tapi lewat pengalaman bertahun-tahun hidup didunia perinternetan, saya jadi lebih gape dan punya jurus sendiri dalam mengusir para flirter, wannabes dan maniak sex tersebut. Jurus-jurus tersebut juga saya bagikan kepada beberapa teman saya sehingga mereka terbebas dari jeratan para orang-orang sakit yang punya tujuan tidak sehat tersebut.
Memang sih, chatroom sekarang udah nggak beres. Lebih banyak orang nggak benernya daripada orang benernya. Tapi kalau mau dilihat, ada hal positif juga lho dalam chatroom. Chatroom sering dijadikan tempat untuk menemukan pasangan atau cinta. Menurut saya, chatroom bisa dibilang sebagai tempat menemukan cinta paling jujur, karena yang diandalkan ditempat ini adalah teknik berkomunikasi. Lewat komunikasi, yang memang merupakan elemen terpenting dalam suatu hubungan, orang bisa saling jatuh cinta. Tanpa memandang status sosial, ras, bentuk fisik, latar belakang pendidikan, warna kulit dan lain-lain, karena murni hanya mengandalkan komunikasi. Saya tidak mengatakan bahwa ini merupakan sesuatu yang benar, karena bagi saya pribadi, memiliki pasangan artinya mengetahui seluk beluk kehidupannya. Sekali lagi, saya mengatakan bahwa chatroom merupakan tempat menemukan cinta paling jujur. Memang sejalan dengan waktu, nantinya mereka akan mengetahui siapa lawan bicara mereka tersebut. Teknologi sungguh menghancurkan jarak dan waktu, contohnya webcam, si pasangan dapat melihat bentuk asli masing-masing lawan bicara lewat kamera. Lewat banyak hal mereka dapat mengetahui info-info lawan bicara mereka.
Saya banyak menemukan kisah cinta yang bermula dari internet, ada yang langgeng dan ada yang kandas. Sungguh unik memang cara manusia menemukan cinta dan bagaimana cinta itu sendiri berkembang lewat komunikasi. Sungguh unik pula cara teknologi mensupport manusia untuk menemukan cinta. Teknologi memang dahsyat. Manusia berlomba-lomba untuk mengetahui dan menciptakan teknologi paling dahsyat dan mutakhir. Kalau kita tidak hati-hati, kita bisa terhanyut lho! Makanya hati-hati donk. Jadi filter buat diri anda sendiri!!!

1 comment:

  1. Yuhuu, Sei. Baru sekarang bisa baca tulisan ini baek-baek. I think you're right kalo internet bisa menawarkan cinta sejati (you know who) meski prosentasi yang berhasil ga jelas. Cara ini ga salah dan bahkan menawarkan tantangan karena penasaran. Tapi, aq lebih memilih untuk bergumul secara normal daripada lebih dikuasai penasaran. So, sukses buat pengamatannya.

    ReplyDelete