Monday, December 7, 2009

Harga Sebuah Senyuman




HARGA SEBUAH SENYUMAN






Saya adalah seorang manusia yang telah hidup di dunia ini selama 23 tahun. Selama 23 tahun itu pula, seringkali saya bangun tidur di pagi hari dengan perasaan tidak menentu. Tidak menentu maksudnya bisa berarti banyak hal kecuali bahagia. Kebayang gak sih dari berjuta-juta perasaan (belum pernah ada penelitian yang meneliti banyaknya perasaan manusia sih, namun ungkapan ini sering dipakai untuk menunjukkan kemajemukkan perasaan manusia), saya tidak merasa bahagia ketika bangun pagi. Ada seorang teman yang menyebutnya morning-bad mood, saya sih ikut-ikut aja selama nggak disebut morning-sickness. Saya nggak tahu apakah morning-bad mood ini hanya dirasakan oleh orang-orang spesial seperti saya, ataukah hampir setiap wanita (pernah) merasakannya, atau morning-bad mood ini pernah juga dialami oleh kaum pria (saya belum pernah jadi pria, tapi kalau saya jadi pria, saya janji akan memberitahukannya kepada anda).


Morning-bad mood sering kali membuat saya jengah sendiri karena saya orang yang percaya dengan ungkapan ‘start your day with a smile’. Jadi, it sometimes freaks me out when I found myself hard to smile (in this case, when I woke up in the morning). Siapa sih di dunia ini yang mau harinya jadi buruk? No one, semua orang berharap harinya berjalan dengan baik and mulus. Biasanya kalau saya bangun dengan perasaan kayak gitu, kemungkinan besar, saya tidak akan semangat ngerjain apapun, bergerak 2 detik lebih lambat dari biasanya, kebanyakkan bengong and minim ekspresi muka.


Beberapa hari belakangan ini, morning-bad mood itu sering menghinggapi diriku (halah!). Saya bangun pagi, mengecek handphone (jangan ditiru!), sibuk dengan handphone (ini lebih-lebih, jangan ditiru!), menatap langit-langit seakan ngomong sama Tuhan ‘kok perasaanku aneh ya, Tuhan?’, kira-kira beginilah serangkaian 30 menit pertama ketika saya membuka mata di pagi hari.
Beberapa hari yang lalu, saya bangun dengan morning-bad mood. Saya memutuskan untuk pergi makan tahu tek diseputaran jalan Diponegoro, siangnya. Butuh waktu yang lama untuk akhirnya saya bersiap-siap, seperti yang sudah saya bilang, gerakan saya menjadi 2 detik lebih lambat dari biasanya. Singkatnya, saya sampai ditempat tahu tek yang dijual dengan harga 7000 perak seporsi. Semua berjalan biasa saja sampai ketika minuman saya habis dan saya hendak memesannya lagi. Saya berkata pada asisten chef tahu tek (yang bantu-bantu), ‘pak, minumannya donk, satu lagi.’ (guys, saya bener-bener minim ekspresi muka saat itu). Namun, pria yang kira-kira berusia 32 tahun itu tersenyum kepada saya sambil berkata ‘baik, mbak.’. Saya mendadak meleleh, bukan karena senyuman si asisten yang menawan (ga banget), namun karena disenyumin senyuman polos oleh seorang pria yang mungkin masalah hidupnya lebih banyak daripada masalah hidup saya. Disenyumin ketika saya sedang tidak tersenyum pada dia, rasanya WOW! Tanpa bermaksud ekstrim and hiperbola, tapi di saat yang sama, saya ingin menangis. Menangis terharu. Saya akhirnya punya alasan untuk merasa bahagia. Saya diingatkan untuk merasa bahagia. Lewat sebuah senyuman. Sambil memakan tahu tek, saya banyak merenung, merenungkan hal-hal yang sudah saya lewatkan sebelum saya sampai di tempat tahu tek.


Saya tiba-tiba teringat dengan momen-momen serupa yang pernah saya alami, ketika hati terasa hambar, ada begitu banyak orang yang menghangatkannya hanya dengan sebuah senyuman. Orang-orang tersebut kebanyakkan bukanlah orang yang saya kenal. Pernah suatu kali ada seorang ibu pemilik warung yang juga menjual bensin eceran, pernah juga ada seorang bapak pengendara mobil dan begitu banyak orang-orang asing diluar sana yang menghangatkan hati saya yang dingin. Posisi tiap orang dalam tiap kehidupan seseorang memang berbeda. Untuk orang-orang tersebut, mereka memberi harmoni tersendiri dalam hidup saya. Hanya dengan pertemuan beberapa menit dan mereka membuat saya menyadari bahwa hidup terlalu indah untuk dipandang dari ruang yang sempit. Orang-orang tersebut dipakai Tuhan untuk mengingatkan saya bahwa sebuah hari terlalu indah untuk dijalani dengan bermuram durja. Kenapa saya harus bermuram durja ketika saya harusnya bersukacita untuk segala nikmat yang udah Tuhan berikan?


Hal ini terasa begitu sederhana namun memiliki impact yang cukup kuat dan besar. Bayangkan bila orang-orang tersebut tidak tersenyum, salah satu hal yang tidak akan pernah terjadi adalah saya tidak pernah menyadarinya dan menulis tulisan ini. Sesuatu yang dilakukan pada saat yang tepat dengan porsi yang tepat pasti memiliki daya ‘ledak’ yang hebat.


Harga sebuah senyuman bagi saya tak ternilai harganya. Senyum-senyum mereka sungguh menghangatkan saya ketika dunia saya terasa muram. Ketika saya (berpikir) bahwa saya tidak mempunyai alasan lagi untuk tersenyum, ketika saya merasa tertekan, ketika tidak ada orang disekeliling saya yang bisa mengerti saya, ketika saya sedang minim kekuatan, they showered me with love through a smile. Tanpa bermaksud menyingkirkan posisi Roh Kudus yang (saya percaya) tinggal dalam hati saya, saya sungguh merasa terberkati dengan bagaimana mereka menghibur saya. Mungkin itu adalah salah satu cara Tuhan untuk tersenyum. Ketika saya, yang masih hidup dengan tubuh jasmani ini, tidak dapat memandang Tuhan secara ‘live’, I can see God smiling at me through them.


Tersenyumlah sahabatku ‘coz you might warm one’s cold cold heart with a smile. I am one of the ‘victim’. For those people who have shown me how beautiful life is, for became words when I have nothing to speak, THANK YOU. And God, You are the creator of us all, Your ways always amuse me, THANK YOU for shown me such important lesson. I might forget about this lesson someday, but I know, You will always send me angels to remind me how beautiful my life is. I am a student of God’s school and I am learning to be more like You. Love You, Lord







4 comments:

  1. tersenyumlah dan bersyukur selalu
    karena dirimu berharga dan berarti di hadapanNya.. :)

    koq kayaknya foto" di atas aq kenal dhe..hihihihi... :p

    nice post..love it.. :)

    ReplyDelete
  2. Hi Lidya, thanks untuk komennya :)

    tentu aja kamu kenal foto diatas, wong ada muka kucing diantara muka manusia bhaahahaaa..

    ReplyDelete
  3. Hi, mama_newyear :)
    terima kasih untuk komennya, semoga merasa terberkati dengan postingan ini. Tuhan memberkati :) xx

    ReplyDelete